October 23, 2013

You're still..



No matter how hard I try..
You're still the one.

All My Heart II

PART 2

Aku menciumnya, lebih berhasrat dari yang kulakukan sebelumnya, lebih dari ciuman-ciuman yang pernah kulakukan dengan orang lain...

“Oppa kau gila?!!” tanyaku setelah berhasil melepaskan ciuman Sungmin, “Kau ingin membunuhku?!!” tambahku lagi setelah berhasil mengatur nafasku.
“Salahmu!” jawabnya sambil nyengir tak jelas.
“Salahku??” tanyaku heran.
“Kau terlalu menggoda..” jawabnya santai lalu aku memukul pelan bahunya.
“Sebenarnya kau mencintaiku atau bibirku sih?” tanyaku curiga.
Dia mengacak rambutku, “Keduanya, aku mencintaimu seutuhnyaa!”
“Really?” godaku.
“Hmm,” dia mengangguk lalu menghidupkan mobilnya, “I love you with all my heart..” sambungnya lagi sambil menatapku lalu menjalankan mobilnya.
Aku tak melepaskan mataku dari wajahnya saat perjalanan pulang. Sesekali dia melihatku lalu menyuruhku untuk tidak memandanginya seperti itu.
“Kau tidak akan meninggalakanku kan Oppa?” tanyaku tiba-tiba ditengah perjalanan pulang.
“Waeyo?” tanyanya terkejut, “Kenapa tiba-tiba tanya seperti itu?”
“Aniyo..” jawabku ragu.
“Ada sesuatu yang kau sembunyikan EunGi-ya?” tanyanya lagi mulai curiga, aku menggeleng, “Marhaebwa!”
“Aiis, aku kan sudah bilang tidak ada,” seruku lalu memandang kearah jendela, Sungmin hanya diam saja.

“Ah, sampai disini saja Oppa,” ucapku menahannya turun dari mobil, “Aku capek, mau langsung istirahat.” jelasku.
“Kau yakin?” tanyanya memastikan.
Aku mengangguk, “Hmm.”
“EunGi-ya..”
“Ne?”
Dia mencium keningku, “Saranghae..”
Aku hanya mengangguk lalu membuka pintu mobilnya dan turun, kutunggu sampai mobilnya menghilang dari pandanganku lalu aku masuk ke gedung apartemenku.
“Joon-ssi??” tanyaku kaget saat hampir sampai di apartemenku, dia berdiri di depan pintu apartemenku.
“Ah, lama sekali sih!” keluhnya, “Kau tak mau menyuruhku masuk dulu? Kakiku pegal nih..”
Aku menatapnya lama lalu membuka pintu apartemenku dan mempersilahkannya masuk.
“Mau apa kemari?” tanyaku to the point tanpa memberikannya minuman terlebih dahulu.
“Ini!” ucapnya ketus sambil memberikan sebuah tas kepadaku yang ternyata adalah notebook’ku yang tertinggal di lokasi syuting, “Ceroboh sekali..” ejeknya.
Aku hanya nyengir tak jelas, “Gomawoo.. Aku tidak bisa hidup tanpa notebook ini!”
“Babo,” ucapnya pelan tapi masih tertangkap olehku, “Bagaimana bisa meninggalkan barang yang begitu berharga buatmu??”
Aku nyengir lagi, ini memang kebiasaan burukku. Aku suka sekali meletakkan barang sembarangan bahkan barang berharga sekalipun. Lalu aku akan lupa barang itu dimana hingga membuatku menangis meraung-raung sampai akhirnya menemukan barang itu lagi ditempat yang tak terduga, yang selalu membuat Sungmin menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Kau mau minum?” tanyaku.
“Cih, harusnya dari tadi nawarin minum!” cerewetnya, “Aku mau soft drink.. yang dingin ya!”
Aku memanyunkan bibirku kesal, lalu pergi ke dapur dan mengambil soft drink yang sebenarnya punya Sungmin dari lemari es. Kalau dia tau jumlah Chilsung Cider’nya berkurang pasti dia akan mencerewetiku, aku terkekeh membayangkan reaksinya nanti.
“Kau dan Sungmin hyung??”
Aku terdiam mendengar pertanyaan Joon, kulihat dia sedang melihat wallpaper notebook’ku. Aduh, bagaimana ini?? Aku menggaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal, dia lalu menatapku meminta kebenaran.
“Ng.. begitulah,” jawabku sekenanya, dia lalu mengangguk dan kembali sibuk dengan notebook’ku.
“Joon-ssi..”
“Oppa saja,” potongnya,  aku mengangguk.
“Oppa, kau tidak akan me..”
“Aiis, memangnya aku ada tampang tukang gosip apa?!” potongnya lagi terlihat kesal, “Aku tidak suka ikut campur urusan pribadi orang lain..”
Aku tersenyum lega, sepertinya namja yang bernama Joon ini baik juga, walaupun kadang-kadang yah, sangat menyebalkan.
“Waeyo?” tanyanya bingung, “Kenapa melihatku seperti itu??”
“Anii..” jawabku, “Hanya saja, tadinya aku pikir kau orang yang menyebalkan Oppa..” sambungku sedikit takut dia akan marah, tapi diluar dugaanku dia malah tertawa lalu menarikku mendekat padanya.
“Aigo, kau ini!” ucapnya disela-sela tawanya, “Kenapa berpikir kalau aku menyebalkan? Aku ini orang yang baik tauuuu..”
Aku ikut tertawa mendengar ucapannya yang dibuat sok imut, apa dia mau jadi king of aegyo? Jadi teringat namjachinguku yang bodoh itu, yang selalu pamer aegyo didepanku membuatku ingin mencekiknya..
“Sudah berapa lama kau dengan Sungmin hyung?”
“Hmm.. 3 bulan lebih,” jawabku.
“Ooh, masi pasangan muda ternyata..” komentarnya, aku mengangguk, “Kau mencintainya?”
Aku menatapnya terkejut, “Pertanyaan macam apa itu Oppa??” tanyaku marah, “Memangnya menurutmu aku yeoja seperti apa?! Tentu saja aku mencintai namjachingu’ku!!”
Dia malah nyengir melihatku marah, lalu menepuk-nepuk kepalaku, “Aku cuma bercanda yeodongsaeng’ku yang babo.. Lucu sekali ekspresimu itu, ahahahahaha..”
“Yeodongsaeng?” tanyaku heran.
Dia mengangguk, “Hmm, mulai sekarang kau itu yeodongsaengku dan aku oppamu! Ara?”
Aku mengangguk setuju, sekarang aku punya 10 oppa deh. “Kau punya yeojachingu Oppa?” tanyaku.
Dia menggeleng, “Aku mau fokus ke karirku dululah, lagi pula susah sekali menemukan yeoja yang sesuai standarku..”
“Cih, memangnya kau siapa Oppa sampe punya standar segala?!” ejekku.
“Kekekeke.. Bukan bermaksud sombong EunGi-ya, tapi memang benar, belum ada yeoja yang berhasil membuatku deg-degan saat melihat matanya..” jelasnya lagi, aku mengangguk paham, “Sebenarnya ada sih..” sambungnya lagi lalu meminum soft drinknya.
“Siapa Oppa??” tanyaku antusias.
“Neo,” jawabnya santai sambil menunjukku lalu meminum minumannya lagi, aku yang ditunjuk hanya bisa terbengong.
Sesaat kemudian dia mulai terkikik geli, aku memukul bahunya gemas, “Kau mengerjaikukan Oppa??!” geramku, dia lalu mengangguk sambil tetap tertawa hampir menumpahkan minuman yang ada dimulutnya.
“Haah, tapi belum apa-apa aku malah harus tau kalau kau sudah punya Sungmin hyung,” ucapnya lagi membuatku bingung, “Menyebalkan..”
“Oppa, kau ini! Iis..”
“Hahahaha, yasudahlah sudah jam 7,” katanya sambil melihat jam tangannya, “Aku pulang dulu.”
Aku mengangguk lalu mengantarnya ke pintu.
“Oiya, aku juga mau minta maaf..”
“Maaf? Buat apa?” tanyaku heran.
“Mian..” dia terdiam lalu menunjuk bibirku, aku mengerti sekarang.
“Hmm, sudahlah..” jawabku sambil tersenyum, “Aku tau Oppa tidak sengaja.”
Dia terdiam lagi sebentar lalu mengangguk dan keluar dari apartemenku.
“Sampai jumpa besok!” ucapanya.
“Eh??” aku bingung, “Besok kan tidak ada syuting Oppa?”
Dia menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu menjetikkan jarinya dikeningku, “Kau lupa sudah tanda tangan untuk MV MBLAQ terbaru?”
Aku menepuk jidatku, “Ah, iya yah.. Aku hampir lupa tadi. Gomawo Oppa sudah diingatkan!”
“Aiis, jinja!” gumamnya, “Aku jemput besok?”
Aku menggeleng cepat, “Aniya, aku bisa sendiri.”
“Ta..” dia terdiam, “Baiklah, annyong!” lanjutnya lalu melambaikan tangannya. “EunGi-ya..” Joon oppa memanggilku lagi saat aku akan menutup pintu.

*

“Aiiss!!” rutukku kesal mendengar jawaban saat aku menelepon EunGi, non aktif lagi?? Lagi apa sih sebenarnya dia? Apa dia benar-benar langsung tidur?
“Hyung, aku capek melihatmu mondar-mandir terus..” ucap Ryeowook yang sedang duduk di sofa bersama Kyuhyun menonton drama Secret Garden, kami sedang tidak ada kegiatan malam ini.
Aku melempar hp’ku ke sofa lalu ikut menghempaskan badan duduk disamping Ryeowook. “Kemana sih anak ini?!!”
“EunGi ya?” tanya Kyuhyun memastikan, aku mengangguk, “Ada kerjaan kali.”
“Ani, dia tidak ada kegiatan hari ini,” ucapku, “Tadi sih dia bilang capek dan langsung mau istirahat..”
“Berarti dia sudah tidur Hyung,” kata Ryeowook, “Kau sudah telfon ke apartemennya?”
Aku menganggguk, “Bagaimana ini Kyu?” rengekku sambil mengguncang-guncang tangan Kyuhyun yang kembali sibuk dengan PSP’nya saat jeda drama itu, “Aku takut kalau dia kenapa-kenapa..”
“Hyung, sebenarnya umurmu itu berapa sih?” ejeknya, “Kau ini lebih tua 3 tahun dariku Hyung, masa seperti ini saja kau tidak tau mau ngapain..” dia menghentikan permainannya lalu menatapku, “Apartemen EunGi kan bukan di Hongkong sana!”
Aku menatapnya bingung, tidak mengerti apa maksud ucapannya. Dia menjitak kepalaku dongkol, oke, karena kau Cho Kyuhyun dan aku sedang dilanda kekhawatiran aku membiarkanmu kali ini menjitak kepalaku. “Turun dari dorm ini, keluar, belok ke kanan jalan terus sekitar 5 menit, lalu belok ke kiri, jalan lagi sekitar 3 menit, masuk ke gedung Samdong Apartmen, cari apartemen nomor 1186, ketuk pintunya, dan selesaikan masalahmu.. Huh!” jelasnya panjang lebar lalu mendengus dan lanjut menyibukkan diri dengan PSP’nya lagi.
Aku memeluknya kencang, “Gomawo Kyuuu!! Kau memang paling mengerti aku!!” Dia menatapku jengah lalu mendorongku, aku buru-buru ke kamar mengganti pakaianku.
“Kau belum makan Hyung..!” teriak Ryeowook saat aku keluar dari kamar.
“Aku makan diluar sajalah..” jawabku, “Aku keluar sebentar!”
“Lama juga tak apa Hyung, asal pulangnya bawa bayimu dan EunGi..” balas Kyuhyun, lalu mereka berdua tertawa, aku melempar sepatu yang asal kuambil dari rak disampingku tepat dikepala Ryeowook karena Kyu langsung mengelak, gantian aku yang tertawa.
“Hyuung!” seru Ryeowook sambil mengelus kepalanya, aku dan Kyu masih tertawa.
Pletak!
Tawaku makin keras saat Kyuhyun mengelus kepalanya sambil mencibir, Ryeowook baru saja menokok kepalanya dengan sepatu yang kulempar tadi.

*

“EunGi-ya..” Joon oppa memanggilku lagi saat aku akan menutup pintu.
“Waeyo Oppa?” tanyaku, “Ada yang tertinggal?”
“Ani..” jawabnya ragu, “Hmm, itu.. apa boleh aku pakai kamar mandimu?”
Aku tersenyum melihat wajahnya yang memerah, apa-apaan dia ini, masa malu hanya karena mau numpang kamar mandi. Aku mengangguk lalu mempersilakan dia masuk lagi. “Pakai yang dikamarku Oppa, yang dibelakang lagi rusak.”
“Kamar??” tanyanya terkejut.
Aku mengangguk, “Hmm.”   
“Bagaimana bisa ada yeoja sepertimu, menyuruh namja yang baru dikenalnya masuk ke kamar?? ”
Aku menggaruk kepalaku yang sebenarya tak gatal, “Memangnya salah ya?” tanyaku bingung, “Kan Joon-ssi sudah jadi oppa’ku.. Lagi pula aku bukan menyuruhmu masuk ke kamarku tapi kamar mandi kamarku.”
“Tapi kan.. Aigoo!!” Dia kembali memegangi perutnya, sepertinya sakit sekali.
“Sudah lah Oppa pakai saja,”  suruhku sambil menutup hidung mengejeknya, “Bau nih!”
Dia menatapku geram lalu buru-buru masuk ke kamarku yang sudah kubuka pintunya, aku hanya bisa geleng-geleng kepala dibuatnya. Baru saja aku akan duduk ke sofa tiba-tiba seseorang mengetuk pintu apartemenku.
“Oppa?!” seruku setengah terkejut. “Ada apa kemari?”
“Mwoya?! Kenapa kau terkejut aku datang?” tanyanya curiga.
“Ani..” aku menggeleng sambil sebisa mungkin tersenyum.
“Aku.. tadi ada kerjaan, yah jadi mampir saja sebentar.” Jelasnya lalu nyelonong masuk, “Kenapa handphonemu tidak aktif?”
“Eh? Oh.. Aku lupa hidupin selesai syut..”
“Kau minum Chilsung ini??!!” serunya hampir memekakkan telingaku sambil mengacungkan kaleng soft drink kosong ke arahku, aku menggeleng, dia menatapku tak percaya.
“Oppa itu kan cuma sekaleng soft drink! Kenapa berlebihan begitu??” kataku kesal dimarahi dan ditatap seperti itu, “Aku akan bayar!!!”
Dia menarik tanganku mendekat padanya, aku menepisnya lalu duduk di sofa membelakanginya. Dia ikut duduk disampingku lalu menarik tanganku lagi kepelukanya.
“EunGi-ya..” panggilnya lembut, aku masih tetap memalingkan wajahku, “Kau tau ini bukan masalah uang kan?” Aku diam saja, “Aigoo yeoboo.. Kau juga tau aku pasti mau membelikanmu beribu-ribu kaleng Chilsung Cider ini kalau saja itu baik untukmu kan?” bujuknya lagi, “Nae sarang, dokter kan sudah melarangmu minum minuman soda seperti ini, tidak baik untuk lambung dan hatimu..”
“Yaa Lee Sungmin, kalau itu tidak baik untuk lambung dan hati, kenapa masih kau minum juga?!!!” seruku, “Tidak adil!”
“Aiish..” keluhnya lalu menarikku ke dapur, “Baiklah, aku juga tidak akan minum, jadi ini dibuang saja semua.” katanya lalu mengeluarkan kaleng-kaleng Chilsung itu dari kulkas.
“Dibuang semua?” tanyaku tak percaya, “Masih ada 2 kotak lagi loh..”
Dia berhenti sebentar, “Kalau begitu nanti aku bawa ke dorm saja untuk hyung dan dongsaengku..”
“Geez, bilang saja Oppa juga tidak rela membuangnya kan?” tanyaku sambil membuka satu kaleng Chilsung, dia hendak mengambilnya dari tanganku tapi aku buru-buru menjauh. “Aku mau coba Oppa.. Sudah lama tidak minum ini.”
Lagi-lagi dia menatapku tak percaya, “Jadi siapa yang minum Chilsung itu?” dia menunjuk ke ruang TV, aku terdiam, “Apa ada orang yang datang?” tanyanya curiga, “Namja? Apa hyung atau dongsaengku?”
Aku masih diam, bingung mau jawab apa. Kalau aku kasih tau Joon oppa tadi datang bisa-bisa dia marah besar. “EunGi-ya..??”
“Iya, aku yang minum!” jawabku cepat lalu meletakkan kaleng Chilsung yang tadi kubuka ke meja, tak jadi meminumnya.
“Sayang, kau bohong padaku?” tanyanya curiga.
“A.. Aniyo!” jawabku gugup, “Mana mungkin aku bohong pada Oppa..”
“Tadi kau bilang bukan kau yang meminumnya, sekarang kau bilang kau yang meminumnya..” katanya, “Kau sudah bohong padaku..” sambungnya dengan wajah sedih membuatku merasa bersalah.
“Mian..” kataku tertunduk, “Aku hanya takut Oppa marah.”
“Kalau aku marah itu karena aku sayang padamu EunGi-ya..” dia memelukku lalu mengelus kepalaku, membuat jantungku tidak karuan semakin merasa bersalah padanya, “Jadi benar tidak ada yang datang?”
Aku menggigit bibir bawahku sambil menggeleng, mianhae Sungmin Oppa..
“Ya sudah, aku..”
“EunGi-ya!! Oddiso??” suara Joon dari kamarku membuatku mengejang seketika, bagaimana bisa aku lupa dia masih ada dikamarku??!
Sungmin oppa menatapku dengan matanya yang terbelalak antara minta penjelasan dan tidak percaya.
“EunGi-ya.. aku lupa tadi aku lepas celanaku dimana, aku cari di kamar tidak ada! Kau dima..” Joon oppa terdiam menatapku dan Sungmin yang masih berpelukan di dapur dengan suasana mencekam.
Sungmin menyentak tanganku menjauh lalu pergi meninggalkan aku dan Joon yang berbalut handuk dipinggangnya tanpa sepatah kata pun. Sementara aku hanya bisa terdiam dan Joon menatapku dan Sungmin yang menjauh bergantian. Mimpi buruk apa ini??!!

*

“Hyung kau kenapa??” suara Kyuhyun menyambutku begitu aku masuk ke dalam dorm, kulihat dia sebentar lalu tanpa menjawabnya aku masuk ke kamar, aku tidak tau bagaimana perasaanku saat ini.
“Hyung gwaenchana??” tanya Kyu lagi disusul beberapa member ikut masuk ke kamar.
“Apa sesuatu terjadi dengan EunGi Hyung?” tanya Ryeowook khawatir, aku tersenyum pahit, sesuatu terjadi dengan EunGi? Ya, sesuatu terjadi dengannya! Sesuatu terjadi dengan EunGi..
“Sungmin-ah, ada EunGi datang,” Leeteuk hyung muncul masih menggunakan pakaian rapi, sepertinya dia baru pulang, “Kau apakan dia sampai menangis seperti itu? Kalian bertengkar?”
Menangis?? Untuk apa dia menangis?? Hatiku yang hancur kenapa dia yang menangis? Menangis karena kasihan padaku?? Aku membenamkan wajahku ke bantal, seluruh tubuhku merasa panas, apalagi mataku. Bisa kurasakan mataku sudah basah sekarang, aku namja yang hampir tidak pernah menangis bisa seperti ini dibuatnya..
“Sungmin-ah,” panggil Leeteuk hyung lagi sambil menggoncang bahuku.
“Suruh saja dia pulang Hyung,” kataku tak melepaskan wajahku dari bantal.
“Kalian benar-benar bertengkar Hyung??” koor Kyu dan Ryeowook bersamaan, aku tak menjawab, mereka sudah diam tidak bertanya-tanya lagi setelah itu.
Aku lanjut sesenggukan dibantalku setelah menyadari mereka sudah pergi, tak berapa lama kurasakan seseorang mengguncang bahuku lagi. “Sudah lah Hyung, aku tidak mau melihat dia!” tandasku.
“Jinca..?”
Aku terdiam, itu bukan suara Leeteuk hyung, itu suara dia, buat apa dia ke kamarku? Ingin melihat aku nangis karena dia? “Keluarlah, aku tidak ingin melihatmu...”
“Oppa..” panggilnya lagi, aku tidak memperdulikannya, “Kau marah padaku?”
Aku langsung menatapnya tak percaya mendengar pertanyaannya. Dia bertanya apa aku marah padanya??? Pertanyaan apa itu? Apa kurang jelas keadaanku sekarang? Apa masih perlu kuberitahu kalau aku sedang marah, kecewa, sakit hati, dan hancur karena dia? Shin Eun Gi, perempuan seperti apa sebenarnya kau ini...?
“Oppa, kau menangis??” tanyanya kaget melihat mataku yang sembab, aku semakin melongo dibuatnya, “Kau menangis karena aku???” tanyanya kegirangan.
“Kau..” belum sempat aku memarahinya dia sudah berlari ke pelukanku, memelukku erat kesenangan. Harus kuakui aku senang dipeluknya, aku merasa nyaman, rasanya aku langsung bisa melupakan kemarahanku padanya.
Setelah lama memelukku, dia melepaskanku sambil tersenyum, “Mian Oppa..” katanya serius, “Tapi Oppa cuma salah paham, aku mana mungkin dengan Joon Oppa.”
“Joon OPPA? Sekarang kau memanggilnya Oppa EunGi-ya?” tanyaku kesal, “Aku jadi semakin tak bisa mempercayai kata-katamu..”
“Oppa tidak percaya padaku??!!” tanyanya kesal, “Aiish! Memangnya Oppa pikir aku ini perempuan macam apa tidur dengan namja yang bukan suaminya??!!” Aku terdiam mendengar kata-katanya. “Jadi kau benar-benar berpikir begi.. AIISH, AKU MEMBENCIMU OPPA!!!”
Aku langsung menahan tangannya saat dia akan keluar dari kamarku, “Yaa, kenapa jadi kau yang marah-marah sih?” tanyaku pelan berusaha meredakan emosinya.
“Aku bukan perempuan murahan Oppa,” jawabnya datar sama dengan ekspresi wajahnya.
“I know EunGi-ya..” kataku menatap matanya yang entah memandang kearah mana, “Kau tau apa yang membuatku marah, sakit hati, dan merasa kecewa padamu..?” Dia menatapku lalu menggeleng, “Kau membohongiku karena namja lain..”
Dia tertunduk dan detik berikutnya air matanya menetes deras, aku  langsung menariknya kepelukanku. “Mianhae Oppa..” ucapnya disela-sela tangisnya, aku mengangguk, mana bisa aku marah lama-lama dengan gadisku ini, “Tapi aku berbohong bukan karena dia...” sambungnya lagi membuatku mengernyit bingung, “Aku berbohong karena kau Oppa..”
“Aku?” tanyaku semakin bingung.
“Aku takut kau marah Oppa,” jawabnya masih tetap memelukku, “Kau itu menyeramkan kalau marah.. Memang bukan membentak-bentak atau memukul, lebih mengerikan dari itu, Oppa hanya akan diam..”
Aku tersenyum mendengar ucapannya, tentu saja aku tidak akan pernah membentaknya apalagi sampai memukulnya. Kalau aku marah, satu-satunya yang bisa kulakukan hanya diam. Aku baru tau kalau ternyata aksi diamku yang sedang marah lebih mengerikan untuknya daripada membentak atau memukul, apa memukul?? Ya Tuhan, aku sama sekali tidak akan pernah melakukan itu padanya, memikirkannya saja tidak. Walaupun aku bisa Martial Art, tapi kekerasan sama sekali bukan diriku.
“Saat tadi Jungsoo Oppa bilang kau menyuruhku untuk pulang, aku sudah takut sekali..” sambungnya lagi, “Aku tau pasti Oppa akan mulai mendiamiku lagi.”
“Makanya kau langsung masuk ke kamarku tanpa ijin?” tanyaku menggodanya.
“Aniyo, tadi aku dipaksa Leeteuk Oppa masuk,” elaknya, “Lagi pula ini kan kamar Kyu Oppa juga, tadi dia juga memaksaku masuk, berarti aku masuk dengan ijin dong Tuan Lee Sungmin!”
“Ne, ne, arraseo..” jawabku, “Jadi kau benar-benar takut kalau aku mendiamimu ya Sayang?” godaku lagi, dia hanya memanyunkan bibirnya.
“Tentu saja aku takut,” jawabnya membuatku tersenyum, “Ini kan sudah bulan September..”
“Memangnya kenapa dengan September?” tanyaku bingung.
Dia menatapku marah, “Kau lupa Oppa??!”
“Lupa apa??”
“Aku membencimu Lee Sungmin!” tandasnya membuatku semakin heran, kenapa gadisku ini suka sekali membuat bingung?!
“Kenapa mebenciku? Apa yang aku lupakan Sayaaang..??” tanyaku lagi, tiba-tiba aku merasa ingin menjahilinya.
“Sudah lah, lupakan saja!” rutuknya, “Jangan salahkan kalau nanti aku juga lupa dan tidak perduli dengan ulang tahunmu Oppa!”
“Hahahahaha.. Kau mengancamku Sayang?” godaku, “Tenang saja, aku ingat kok.. Hari itu sangat berarti buatku EunGi-ya, 16 September tahun lalu, pertama kali aku bertemu denganmu. Kau sedang menghabiskan ulang tahunmu sendirian, memandangi entah apa di luar jendela.. Lalu saat melihatku kau langsung tertarik padaku kan??”
“Mwo??” matanya membulat, “Mana mungkin aku tertarik padamu Oppa!”
“Sudah lah, jujur saja EunGi-ya.. ” kataku, padahal jelas-jelas aku yang langsung menyukainya saat pertama kali melihanya, dasar Sungmin babo!
“Aniyo Oppa, aku sudah jujur..” jawabnya tiba-tiba menjadi serius, “Aku sedang patah hati saat itu, mana mungkin langsung tertarik dengan namja lain.”
“Patah hati..?”
Dia mengangguk, aku diam menunggu dia melanjutkan ceritanya, “Ulang tahunku tahun lalu seharusnya aku dilamar oleh pacarku yang sudah setahun tidak kutemui karena aku harus tinggal di Jepang studi banding. Aku sendiri yang memintanya untuk tidak menghubungiku selama setahun itu karena aku sangat yakin dengan cinta kami berdua, yah, sekalian aku juga ingin fokus dengan kuliahku agar bisa cepat-cepat kembali ke Seoul. Aku pikir dia akan tetap bertahan sepertiku, tapi ternyata saat aku kembali ke Seoul aku menghadapi kenyataan pahit, Yonghwa jatuh cinta dengan perempuan lain.. Walaupun dia bilang dia bersedia meninggalkan perempuan itu untukku tapi aku tidak bisa egois kan Oppa?” Aku mengangguk mendengarnya.
“Yonghwa benar-benar mencintai perempuan yang bernama Seohyun itu, begitu juga dengan Seohyun, rasanya aku tidak mungkin masuk ke tengah-tengah mereka.. Apalagi setelah aku tau dia sakit parah, mana mungkin aku tega merusak kebahagian perempuan malang seperti dia..”
“Aku mengalah, aku melepaskan Yonghwa walaupun aku sakit. Hampir sebulan aku menjauh dari Seoul menjelang pernikahan mereka, mengitari Korea tepatnya.. Tepat tanggal 16 September aku tinggal di Jeju, tempat yang dijanjikan Yonghwa untuk melamarku. Dan kau tau Oppa, besoknya mereka menikah, tanggal 17 mereka menikah..”
“Ah, karena itu kau menangis saat melihat boneka yang memakai gaun pengantin?”
“Eh? Darimana kau tau Oppa?” tanyanya sedikit terkejut.
“Aku mengikutimu ke museum Teddy Bear hari itu..” jelasku, “Aku sangat ingin memelukmu saat itu EunGi-ya, tapi tiba-tiba kau menghilang.”
“Oh, aku ke toilet,” jawabnya santai, “Aku malu orang-orang melihatku menangis seperti itu, jadi aku menangis sepuasnya di toilet.”
“Pantas saja aku tidak melihatmu setelah itu, padahal aku sudah hampir 1 jam mengitari gedung itu, mencarimu..” kenangku, “Sebenarnya aku ingin mencarimu sampai ketemu, tapi Omma harus menjalani operasi, jadi aku buru-buru pulang ke Seoul.”
“Oppa mendengar ceritamu..” dia berhenti sebentar, “Tidak salahkan kalau aku menyimpulkan kau yang tertarik padaku saat pertama kali kita bertemu?”
Aku menggaruk-garuk kepalaku, entah kenapa wajahku terasa panas. Ini aneh, dia kan yeojachinguku sekarang, kenapa aku masih seperti ini juga sih?!!
“Cih, dasar Lee Sungmin babo!” ejeknya, “Jelas-jelas kau yang tertarik padaku kenapa malah menyuruhku yang harus mengakui kalau aku yang tertarik deluan padamu?”
“Yaa, kau ini..” kataku sebal, “Kan tidak ada ruginya kau bilang begitu untuk menyenangkanku.”
Dia terkekeh pelan membuatku semakin terlihat bodoh, “Kan tidak penting siapa yang pertama Oppa..” dia tersenyum sebentar, “Yang pasti sekarang sampai selamanya aku menyukaimu Oppa, ani, ani, aku mencintaimu Oppa, jongmal saranghae.. with all my heart!”
Aku menatap wajahnya, rasanya kebahagiaanku meluap-luap, aku selalu begini kalau mendengar  dia bilang dia mencintaiku, kucium bibirnya sebentar, “Na do saranghae EunGi-ya..”
“Tapi aku baru tau Oppa, ternyata meredakan emosimu itu gampang sekali ya..” celetuknya tiba-tiba.
“Maksudnya?”
“Aku tinggal memelukmu dan aku rasa tadi kemarahanmu langsung merosot.. Ternyata Sungmin’ku yang babo ini benar-benar tidak bisa hidup tanpa Shin Eun Gi!” ucapnya bangga.
Aku terkekeh mendengarnya, lalu terdiam teringat sesuatu, “Jadi, kenapa Joon bisa ada di apartemenmu dan memakain handuk seperti tadi??”
“Oh, tadi Joon Oppa mengantar notebook’ku yang tertinggal di lokasi syuting..” jelasnya, “Terus tiba-tiba dia sakit perut, ya udah pakai kamar mandi deh.”
“Lalu celananya? Tadi dia bilang tidak ada di kamar kan..? Maksudnya?” tanyaku lagi penasaran.
“Kamar mandi di luar kan rusak, airnya mati.. Jadi aku suruh pakai yang dikamarku saja.”
“Kamar???” tanyaku terkejut, “Jadi kau membiarkannya masuk ke kamarmu??”
“Oppa, jangan berlebihan,” jawabnya, “Kau juga sudah sering masuk ke kamarku..”
“Itu berbeda EunGi-ya, aku kan namjachingu’muu..” rengekku.
“Oke, oke, arraseo..” jawabnya, “Aku tidak akan memperbolehkan siapapun lagi masuk ke kamarku.”
“Hmm!” aku mengangguk, “Kecuali aku!”
“Babo,” gumamnya pelan, “Lagipula ini salahmu Oppa, aku kan sudah bilang mau panggil tukang, tapi kau malah melarangnya!”
“Tentu saja aku melarangnya EunGi-ya, aku harus ada di apartemenmu kalau ada orang asing datang,” jelasku, “Aku tidak bisa membayangkan kalau sesuatu terjadi padamu.. Hmm, besok siang aku tidak ada kegiatan, bagaimana kalau besok diperbaikinya?”
“Aku tidak bisa Oppa,” jawabnya cepat, “Besok aku ada syuting MV boyband M..” dia menutup mulutnya cepat-cepat melihatku mataku membulat. “Mian Oppa, aku lupa bilang kalau aku sudah tanda tangan untuk jadi model MV..
“Huuh..” aku menghela nafas, “Boyband apa?”
“MB..LAQ..” jawabnya takut-takut.
“Oh, MBLAQ ya..” aku teringat lagi kalau itu kan boybandnya.. “Joon kan??!!” teriakku, EunGi mengangguk pelan, ingin sekali kugigit dia saat ini, “Kenapa harus dia lagi EunGi-ya?? Kau tau aku tidak suka padanya kan...?” dia mengangguk lagi, yah, kalau begini aku tidak bisa menyalahkan dan memarahinya, toh, itu kan sudah diatur sama managernya juga. “Dimana syutingnya? Cuma besok kan?”
“Dua hari Oppa, besok di Incheon,” jawabnya, “Dan selanjutnya di Jeju.. Tapi, hmm, sepertinya syutingnya tanggal 16 Oppa..”
“MWOO??” tanyaku tak percaya, apa maksudnya? 16 September itu salah satu hari penting, enak saja dia merayakannya bersama Joon di Jeju pula, “ANDWEE EUNGI-YA, AKU TIDAK RELA..!!”
“Tapi kan Oppa i..”
“SHIRO!! BATALKAN POKOKNYA!!”


TBC

October 06, 2013

All My Heart I


NOTE : Yang tulisannya warna PINK = EunGi POV
Yang BIRU = Sungmin POV
Yang cetak tebal = flashback.

ALL MY HEART
PART I
“Oppaaa….” Aku berlari kearah laki-laki yang sedari tadi mondar-mandir di parkiran, dia tersenyum ke arahku dan aku langsung memeluknya.
Aku suka sekali berada dipelukannya, rasa bahagia dihatiku serasa bertambah berkali-kali lipat jika bersamanya.
“Kabar bahagia apa yang membuatmu seperti ini?” dia mengelus rambutku.
“Aku baru saja menandatangani kontrak film itu Oppaa!!!” aku melepaskan pelukanku lalu berteriak dengan histeris.
“Chukae…” ucapnya lalu memelukku lagi.
Aku tidak menyangka akan mengalami hal semenyenangkan ini di bulan September, mendekati ulang tahunku. Kontrak untuk film perdanaku benar-benar seperti hadiah ulang tahun buatku.
Aku tersenyum terus sepanjang perjelanan. Sesekali Sungmin oppa mencubit pipiku dan menyuruhku untuk berhenti tersenyum karena aku benar-benar sudah seperti orang gila dilihatnya. Aku membalasnya dengan menjulurkan lidahku lalu kembali cengar-cengir sampai akhirnya kami sampai di apartemenku.
“Gomawo Oppa. Kau tidak masuk dulu?” tanyaku sampai didepan pintu apartemenku.
“Aah, ada sesuatu yang harus kukerjakan.” tolaknya, “Aku pergi dulu.” Ucapnya lalu mencium keningku. Aku melambaikan tangan padanya yang masih tersenyum melihatku. Begitu dirinya menghilang dari pandanganku, aku langsung masuk ke apartemenku.
Aku langsung berbaring diranjangku yang sangat nyaman. Sangat menyukai apartemen baruku ini yang warnanya didominasi dengan pink. Baru 2 bulan aku pindah kesini, setelah apartemen disebelah apartemenku yang lama dimasuki perampok. Sungmin dengan tegas langsung menyuruhku pindah dan mencarikan apartemen yang dekat dengan dormnya dengan alasan kalau terjadi apa-apa denganku dia bisa segera datang. Huh, bilang saja kalau sebenarnya gak sanggup jauh-jauh dariku… ^ ^
Apartemenku memang sangat dekat dengan dorm Super Junior, hanya berjalan beberapa blok, atau sekitar 7 menit. Makanya aku sangat dekat dengan semua member Super Junior, apalagi 2 bulan ini. Kami sering kali saling berkunjung karena jarak yang sangat dekat. Sesekali mereka makan ditempatku atau mereka memintaku untuk memasak di dormnya. Kompetisi memasak antara aku dan Ryeowook oppa sudah beberapa kali kami adakan, terkadang member lain pun ikut bersaing mencoba resep-resep masakan baru yang kami temukan di majalah atau internet.
Soal hubunganku dengan Sungmin, hanya member Super Junior yang tau aku dengan dia sudah 3 bulan ini berpacaran. Kang In oppa bahkan meneleponku mengucapkan selamat padahal aku belom pernah berjumpa dengannya, benar-benar membuatku terkejut. Walaupun pada awalnya ingin merahasiakan hubungan kami dari yang lain, tapi ternyata mereka sangat dekat satu sama lain. Dalam beberapa menit interogasi saja, Sungmin langsung bercerita semuanya kepada mereka.
“Oppa, aku tidak bisa tidur…” kataku begitu mendengar ‘yoboseyo’ dari handphone ku. Aku melihat jam di meja samping tempat tidurku, jam 2 subuh.
Kalau kau tidak tidur, kau akan mengantuk di lokasi syuting Eun Gi-ya… Tidurlah.” Aku mendengar beberapa kali dia menguap. Bahkan subuh-subuh begini pun dia rela bangun karena telepon dariku, aiss, aku benar-benar perempuan yang sangat beruntung.
“Apa menurutmu aku bisa melakukannya dengan baik besok?”
Kau bisa melakukan apa saja dengan sangat baik sayang… Kekhawatiranmu berlebihan.
“Yaaa, Lee Sungmin, kau berkata seperti itu agar kau bisa tidur lagi kan?” tanyaku curiga.
Aku bahkan rela tidak tidur berhari-hari untukmu sayang… Aku berkata seperti itu karena itulah kenyataannya.” Ucapnya lagi, “Sekarang pergi ke dapur.
“Mwoo? Untuk apa ke dapur?” tanyaku heran.
Minumlah susu cokelat hangat, itu bisa membantumu kalau kau susah tidur.
Aku tertegun mendengarnya, “Sepertinya aku pernah mendengar kata-kata itu…”
Yaaa, Shin Eun Gi! Bagaimana bisa kau lupa? Itu kan pertama kali yang kau ucapkan padaku saat pertama kali kita bertemu.
Aku terdiam, sama sekali tidak ingat apa-apa. “Bukankah pertama kali kita bertemu saat kau meminjamkan coatmu untukku? Hari pertama salju turun tahun lalu…”
Jadi kau benar-benar lupa Eun Gi?” tanyanya dengan nada kesal, “Pertama kali kita bertemu di Jungmun Resort tepat malam ulang tahunmu tahun lalu. Apa kau sudah melupakannya?
Ingatan akan hari itu muncul dikepalaku. Aku ingat dihari ulang tahunku aku sendiri di Pulau Jeju, hari yang tidak menyenangkan. Malam hari aku melihat seorang laki-laki duduk termenung, lalu aku menyapanya. “Aaah, jadi laki-laki itu kau Oppa?”
Hmmm…

Sudah 2 jam aku termenung sendiri disini. Telepon dari adikku yang mengabarkan ibuku masuk rumah sakit tidak bisa membuatku tidur. Padahal dua hari lagi aku akan kembali ke Seoul dan langsung bisa menemui ibuku, tapi aku benar-benar tidak bisa tidur.
Aku melihat sekelilingku, sepi. Hanya ada 2 resepsionis yang bertugas malam dan seorang perempuan yang sedari tadi melihat keluar jendela yang membuatku bertanya-tanya apa sebenarnya yang dilihatnya.
Dia berbalik dan langsung tersenyum melihatku memperhatikannya. Jantungku berdetak lebih cepat dan wajahku memanas, aku merasa malu dan juga terpana melihat senyumnya, manis sekali. Pandanganku terus mengikuti dia yang sedang berjalan menuju cafeteria. Aku heran sendiri bagaiamana senyumnya bisa mengalihkan pikiranku dari ibuku yang sakit. Saat dia melihatku rasanya…
“Ini.” tiba-tiba perempuan itu sudah berdiri di dekatku sambil menawarkan minuman. “Susu cokelat hangat bisa membantumu kalau kau susah tidur.”
Aku mengambil susu kaleng itu dan saat tersentuh tangannya jantungku tidak karuan, dia tersenyum lalu duduk disudut sofa yang kududuki. “Gomawo…”
Dia hanya mengangguk sambil memamerkan senyumnya yang manis sekali lalu mengambil majalah yang ada di meja yang memang disediakan untuk tamu. Tiba-tiba aku membayangkan dia bersandar di bahuku dan dengan manja memanggilku ‘saba’ lalu aku menciumnya dan… stop! Apa-apaan yang kubayangkan ini??? Baru beberapa hari yang lalu aku bilang ke hyung dan dongsaeng ku kalau aku tidak akan menikah. Dan sekarang apa yang kupikirkan? Menikah dengan perempuan yang belum ada 1 jam kukenal? Astaga!
“Gwaenchana?”
“Oh? Eh, ne…” jawabku terkejut melihat wajahnya yang begitu dekat memperhatikanku, aku suka mata bulatnya.
“Kau terlihat banyak pikiran…” ucapnya.
Aku menggangguk membenarkan dan dalam hitungan detik tanpa bisa kutahan mulutku sudah mulai bercerita tentang apa saja yang menjadi pikiranku. Aku heran sendiri bagaimana dengan mudahnya aku bercerita dengannya, padahal aku juga bukan orang yang dengan mudah membagi pikiranku dengan orang yang sudah dekat denganku sekalipun. Aku bahkan belum ada sehari mengenalnya…
Jam 12 tepat jam yang ada di ruangan ini berbunyi. Perempuan itu melihat jam tangannya.
“Ah, sudah jam 12… ” ucapnya lalu beranjak dan membungkuk sedikit ke arahku, “Gomawo karena tidak membiarkanku sendirian menghabiskan hari ulang tahunku…” ucapnya lalu tersenyum dan berjalan meninggalkanku.
“Ehh? Saengil chukae…” ucapku terkejut, setengah berteriak dan dia tersenyum ke arahku sekali lagi lalu berlalu.
Jam 12… kenapa aku jadi teringat cerita Cinderella? Apa tadi dia menggunakan sepatu kaca? Astaga! Apa yang kupikirkan? Perempuan itu sepertinya membuatku sedikit gila. Aku menggelengkan kepalaku tersenyum sendiri. Dia harus menjadi istriku…
Aku kembali ke kamarku, sedikit lebih tenang setelah bercerita panjang lebar dengan perempuan itu. Aku berbaring ditempat tidurku dan baru menyadari sesuatu. Aku bahkan tidak menanyakan namanya. Asataga! Apa yang terjadi denganmu Lee Sungmin??? Mengapa kau tidak menanyakan namanya atau nomor teleponnya??? Aku masih mengutuki diriku sendiri sampai akhirnya aku tertidur.
Alarm di handphoneku yang sudah ribut dari tadi akhirnya berhasil membangunkanku. Jam 6 tepat, aku menguap, lalu masuk ke kamar mandi. Setelah rapi aku keluar dari kamarku dan berjalan ke resepsionis. Dari jauh aku melihat perempuan itu, aku mempercepat langkahku, tapi terlambat dia sudah meninggalkan meja resepsionis dan menghilang dari pandanganku.
“Jogi, siapa perempuan itu?” tanyaku begitu sampai di meja resepsionis resort itu.
“Eh, Sungmin-ssi…” ucap perempuan yang ditanyai itu gugup.
“Siapa perempuan itu??” aku bertanya tak sabar.
“Oh, dia, dia… Aku, aku tidak tau banyak, hanya tau namanya Shin Eun Gi. Dia check in tanggal 15 September dan akan keluar besok.” Jelas perempuan itu setelah membolak-balik buku dihadapannya, “Eeh, Sungmin-ssi, bolehkah aku berfoto denganmu? Aku, aku ini elf…”
“Apa kau tau dia akan pergi kemana?” tanyaku lagi.
“Sepertinya akan ke Teddy Bear Museum…” jawabnya sedikit kecewa.
“Hmm, kamsahamnida Song-ssi.” kataku membaca name tag’nya. “Dimana handphonemu?”
“Eh??”
“Bukankah kau ingin berfoto denganku?” tanyaku heran.
Buru-buru dia mengeluarkan handphonenya. Setelah berfoto dengannya, membalas jasanya yang telah memberitauku beberapa informasi tentang perempuan itu, aku langsung beranjak pergi menaiki bus resort yang akan menuju Teddy Bear Museum.
Aku mengedarkan pandanganku mencarinya, nihil. Dia tidak ada di bus ini. Saat aku akan turun, tiba-tiba pintu bus tertutup dan akhirnya terpaksa aku duduk dibangku terdekat karena bus sudah mulai berjalan. Aku mengeluarkan Iphoneku dan langsung memasang headset, aku tertidur selama perjalanan.
Begitu pintu bus terbuka aku langsung meloncat keluar dan buru-buru memasuki museum itu. Sangat banyak orang yang datang hari ini karena akan diadakan pertunjukan Teddy Bear yang bernyanyi dan bernari.
Aku terus mencari sosoknya sampai akhirnya aku menemukannya sedang memperhatikan sepasang Teddy Bear yang memakai gaun dan jas pengantin. Aku melangkah mendekatinya dan terdiam saat kulihat sesuatu yang bening keluar dari matanya, dia menangis… Dia menempelkan jari-jarinya di kaca etalase boneka itu, air matanya semakin deras mengalir. Ingin sekali rasanya saat itu aku memeluknya. Sosoknya yang berdiri didepanku berbeda dengan dia yang kulihat semalam. Saat ini dia seperti perempuan yang sangat rapuh, padahal semalam dia adalah perempuan yang selalu tersenyum manis seperti tidak pernah mempunyai masalah apapun. Dan aku, kenapa aku malah merasa semakin menyukainya?
Aku menyukai senyumannya, juga menyukainya saat dia menangis. Melihatnya menangis seperti ini membuatku merasa ingin memeluknya dan akan selalu melindunginya. Apakah aku jatuh cinta?
Getaran di kantong celanaku membuyarkan pikiranku, aku langsung mengangkatnya, “Yoboseyo…” ucapku, “Oh, ne, ne… Aku akan segera kesana.”
Setelah menutup teleponku, aku tidak melihatnya lagi. Aku mengitari tempat itu dan tidak menemukannya. Lima belas menit berlalu dan aku belum berhasil menemukannya. Iphoneku bergetar lagi. “Iya hyung, aku akan kesana sebentar lagi.” Aku menutup teleponku setelah managerku bilang sudah menyuruh seseorang menjemputku ke museum. Setengah jam lagi berlalu dan aku tetap tidak berhasil menemukannya.
Aku menatap museum itu sedih, terus  memandanginya sampai mobil yang membawaku ini berbelok dan bangunan museum itu hilang dari pandanganku. Aku membaca pesan di handphoneku lagi. Hyung, cepat pulang! Omma akan menjalani operasi.
Aku memejamkan kedua mataku, benar-benar lelah mencarimu Shin Eun Gi…
*
“Kamsahamnida…” teriakku sambil membungkukkan badanku kearah kru-kru dan pemain lain.
Syuting hari pertama ini akhirnya berakhir juga. Hari ini benar-benar menyenangkan. Pada awalnya aku takut tidak bisa melakukannya dengan baik, tapi karena para kru dan pemain lainnya sangat baik, aku jadi leluasa berakting. Aku senang sekali saat sutradara memuju aktingku, ternyata Sungmin benar, kekhawatiranku berlebihan.
“Eh, Eun Gi-ssi! Apa kau mau pulang?” tanya salah satu pemain yang namanya Lee Joon, member MBLAQ.
“Ne.” Aku mengangguk sambil tersenyum padanya, saat aku berbalik dia menahan tanganku.
“Biar aku antar,” katanya mengejutkanku.
“Aah, tidak usah Joon-ssi. Aku tidak mau merepotkanmu.” tolakku, aku tersenyum.
“Sama sekali tidak merepotkan.” Dia langsung menarik tanganku menuju mobilnya.
“Aku rasa kita perlu mendekatkan diri.”
“Eh?” Aku terkejut mendengar ucapannya.
“Hmm, besok kan kita harus berciuman. Rasanya aneh kalau aku mencium orang yang tak kukenal…”
“Mwo???” Aku semakin terkejut mendengarnya, seingatku saat membaca naskah tidak ada dituliskan aku harus berciuman dengan siapapun.
“Kau tidak tau?” tanyanya heran, aku hanya menggeleng lalu mengambil naskahku membacanya ulang. “Lihat di scene 12…”
Dan benar saja, disitu benar-benar ditulis ‘Eun Sung menciumYoon Hee’ itu berarti dia akan menciumku. Astaga! Ottokhe??? Bahkan pacarku saja belum pernah menciumku, masa dia yang akan menciumku duluan?
“Kau sudah pernah kan?” tanya Joon-ssi curiga.
Aku diam saja, tak mungkin rasanya kalau aku bilang aku belum pernah berciuman. Bisa-bisa dia menertawaiku…
“Hahaha. Ternyata kau memang tidak pernah melakukannya ya…” Huh, aku ingin sekali memotong lidahnya saat ini. “Apa kau punya pacar?”
Aku mengangguk.
“Kalau begitu kau harus menciumnya malam ini.” Aku melotot dibuatnya, “Yah, kalau tidak berarti aku dong yang mendapat ciuman pertamamu. Hahahaha.”
Aku menimpuknya dengan naskah yang masih kupegang, “Tidak akan!”
“Baiklah, kita lihat saja siapa yang akan menjadi ciuman pertamamu. Aku rasa sih pasti aku…”
Heehh, aku benar-benar ingin membunuhnya. Tentu saja aku tidak akan memberikan ciuman pertamaku pada orang yang baru kukenal sehari. Apalagi dengan orang yang menyebalkan seperti dia. “Shiro!!!” teriakku tiba-tiba, dia terkejut sebentar lalu tertawa terbahak-bahak karena langsung tau apa yang kupikirkan tadi. Aku membenci Lee Joon-ssi!!!

“Oppa kau dimana?” tanyaku tanpa mengucapkan ‘yoboseyo’ dulu.
Aku sedang ada kerjaan. Waeyo?
“Kau bisa tidak ke apartemenku?” Aku melihat jam, masih jam 8 malam.
Hmm, entahlah. Kalau aku bisa pulang cepat malam ini, aku pasti akan ke apartemenmu. Tapi kalau tidak, besok sore baru aku bebas, aku akan menjemputmu di lokasi syuting.
“Tapi…” Aku terdiam, tidak tau bagaimana menjelaskannya.
Sayang, aku akan menghubungimu nanti ya… Aku harus tampil sebentar lagi. Tak apa kan?
“Hmm.” Aku langsung mematikan handphoneku, kesal. Ottokhe?
Apa dia tidak peduli kalau aku dicium orang lain? Lagipula ini kan untuk syuting, dia pasti tidak mempermasalahkannya. Huuh, tapi kenapa aku malah ingin dia mempermasalahkannya…
Bagaimana kalau mengirimnya pesan saja? Kalau ditelepon aku pasti bingung menjelaskannya. Tapi kalau seandainya dia berpikir itu bukan apa-apa, aku akan sangat malu kalau mengirim pesan seperti itu. Aduuuh, apa yang harus aku lakukan????
Aku menatap jam di mejaku, 12 malam, tapi kenapa dia belum juga menghubungiku? Yaaaa, Lee Sungmin!!! Kenapa kau tidak menghubungiku juga??? Aku berguling-guling diranjangku, berusaha untuk tidur tapi tetap saja aku tidak bisa.
Sudah jam setengah 3 subuh, aku tidak tahan kalau begini terus. Lebih baik kubilang saja padanya, terserah dia mau menanggapinya bagaimana.
Yoboseyoo… hoaam.
“Oppa…”
Ada apa Eun Gi-ya?
“Oppa…” Aku mulai kebingungan.
Iya, ada apa sayang? Jangan membuatku khawatir…
“Ani, ani… Aku hanya ingin memberitaumu kalau besok saat syuting aku harus mencium Lee Joon-ssi.” jelasku cepat-cepat.
Oh…
Mwo??? Dia hanya bilang ‘oh’??? Aku langsung menutup teleponku. Dasar sial!!! Bisa-bisanya dia cuma bilang ‘oh’ padahal aku sudah sampai tidak tidur karena memikirkan itu… Eeeerrgh!! Aku membencimu Lee Sungmin!!!
Dengan kesal aku membuka kulkas, mengeluarkan air dingin lalu menuangnya asal ke gelas yang hampir pecah kubanting saat meletakkannya ke meja sangkin kesalnya. Aku meminum 1 gelas itu cepat-cepat, mengatur pernapasanku lalu meminum segelas lagi, beberapa tetes air tumpah mengalir ke leherku.
Suara ketukan dipintu apartemenku semakin membuatku kesal. Siapa lagi bertamu masih subuh begini? Tidak punya tata karma, tidak tau sopan santun apa? Huh! Aku buru-buru ke pintu dan sudah siap-siap untuk memaki siapa yang datang. Braak… Astaga! Aku menabrak meja kaca dekat pintu membuat kakiku sakit sekali, rasanya seperti mau copot. Sambil memegangi kakiku aku membuka pintu.
“Oppa…”
Belum lagi aku menyelesaikaan keterkejutanku karena laki-laki yang dari tadi kumaki sekarang berdiri didepan pintuku, tiba-tiba dia langsung menciumku. Dia mencium bibirku dengan lembut dan semakin dalam, kedua tangannya memeluk pinggangku. Tanpa kusadari tanganku yang tadi memegangi kakiku kini sudah berada dikepalanya, menahannya sementara bibirku sibuk membalas ciumannya, aku sudah tak merasakan lagi kakiku yang sakit karena menabrak meja tadi. Sepuluh menit kami bertahan dengan posisi itu, membuatku sesak nafas…
“Kenapa kau kesini Oppa?” tanyaku setelah berhasil mengatur nafasku kembali normal, dia masih tetap memeluk pinggangku.
“Kenapa??? Bagaimana bisa kau masih menanyakan itu sayang…” ucapnya lalu mencium mataku, “Aku hampir mati terkejut  mendengar kau bilang akan mencium Lee Joon itu.”
“Yaaa, Oppa bahkan hanya bilang oh tadi…”
“Karena itu kau menutup teleponnya?” tanyanya, aku mengangguk malu, dia mempererat pelukannya. “Tadinya aku belum sepenuhnya mencerna perkataanmu. Setelah aku sadar, aku mencak-mencak, tapi ternyata kau sudah menutup teleponnya…”
Aku tertawa mendengar penjelasannya. “Tadinya kupikir kau tidak perduli Oppa karena itu hanya untuk keperluan film.”
“Walaupun aku mengerti itu hanya untuk film, tapi tetap saja aku manusia biasa EunGi. Aku tidak akan rela ciuman pertama pacarku direbut oleh orang lain…”
Aku menatapnya terkejut. “Darimana kau tau aku belum pernah berciuman sebelumnya Oppa?”
“Aku tau semua tentangmu sayang.” Dia mengedipkan sebelah matanya, dasar!
“Ya sudah pulang sana.” suruhku, “ini sudah subuh…”
“Pulang?” tanyanya heran, “I’m home now…”
Aku mencubit lengannya, “Your wish!”
Dia tertawa lalu menciumku lagi. “Aku masih belum bisa merelakan dia menciummu besok.”
“Aiis, sudah lah. Itu kan hanya ciuman biasa saja.” sahutku, “Kau harus pulang Oppa, ini sudah jam berapa…” Aku mendorongnya menuju pintu, dia masih menciumiku beberapa kali sampai didepan pintu.
“Kau benar-benar mengusirku sayang?” tanyanya lagi membuatku geli sendiri.
“Aku benar-benar mengusirmu Lee Sungmin.” jawabku lalu dia menarik tanganku lagi dan menciumku, begitu seterusnya sampai hampir setengah jam didepan pintu apartemenku, baru dia benar-benar pulang ke dormnya.

“Aiiiss…” Aku mengepalkan tanganku.
Ciuman biasa katanya!!! Shin Eun Gi kau benar-benar keterlaluan, bagaimana mungkin ciuman seperti itu dibilang biasa??? Aiis, aku ingin sekali membunuhmu Lee Joon!
Aku menghela nafas, tak tahan melihat pemandangan didepanku. Berkali-kali manusia sial itu mencium pacarku, benar-benar membuat panas. Aku tau ini hanya akting, tapi kenapa mahluk yang bernama Lee Joon itu selalu saja berusaha membuat kesalahan agar sutradara menyuruh mereka untuk mengulanginya lagi dan LAGI??!!
Aku melihat EunGi protes saat sutradara menyuruh mereka mengulangnya lagi karena Lee Joon yang tiba-tiba tertawa. Bisa kulihat dengan jelas EunGi memarahi Joon habis-habisan, ingin sekali mendengar apa yang dikatakan pacarku itu. Tapi kalau aku turun dari mobil ini bisa-bisa hubungan kami akan ketauan publik. Aku memukul setir mobilku melihat Joon mencium pacarku lagi seperti benar-benar bernafsu.

“Eeerrghh…” EunGi menutup pintu mobilku, setengah membanting tepatnya.
“Waeyo?” tanyaku melihat ekspresi kesalnya.
Dia diam saja memejamkan matanya lalu menyandarkan badannya, sepertinya dia benar-benar lelah. Aku melihat jam, masih jam 5, sepertinya tak apa kalau aku membawanya berjalan-jalan dulu. Aku menjalankan mobilku menuju taman Yeouido yang sering kami kunjungi. EunGi sangat suka memandangi Sungai Han dari situ.
Setelah 15 menit akhirnya kami sampai. Tidak sedikit orang datang ketempat ini untuk berolahraga atau sekedar duduk mengobrol. Aku membuka kaca jendelaku dan jendela EunGi, membiarkan udara segar masuk.
“Oppa, mian…” katanya tiba-tiba membuatku terkejut, aku pikir tadi dia masih tidur.
“Untuk apa kau minta maaf?”
“Aku tidak bisa menceritakan apa yang terjadi di lokasi syuting hari ini.” jawabnya lirih, dia membuka matanya lalu menatapku.
Aku mencium keningnya. “Aku sudah tau kok.”
Dia tampak terkejut lalu menunjukkan bibirnya yang sedikit luka padaku. “Apa kau juga tau dia melukai bibirku? Yaah, aku tau dia tidak sengaja sih…”
“MWO????” Aku benar-benar shock mendengar perkataannya, dia pun terkejut mendengar teriakanku. “Bagaimana bisa dia melukai bibirmu?”
“Dia tidak sengaja menggigitnya,” jawabnya polos sambil menyentuh bibirnya tepat di lukanya yang terlihat lebih merah, aku menelan ludah. Kenapa disaat seperti ini aku malah tergoda untuk menciumnya?!!
“Kenapa dia bisa tidak sengaja menggigit bibirmu?” tanyaku berteriak mengatasi godaan diriku sendiri.
“Yaaa! Kenapa kau berteriak padaku? Aku capek hari ini, aku lelah… Kenapa malah meneriakiku?” tanyanya kesal, ntah kenapa aku merasa dia akan mulai menangis.
Dan benar saja belum ada 5 detik, air matanya sudah mulai mengalir dipipinya. Aku benar-benar merasa bersalah sudah meneriakinya, langsung kupeluk tubuhnya dengan erat, kaosku mulai basah karena air matanya.
“Rasanya benar-benar tersiksa kalau harus mencium laki-laki yang tidak dicintai…” gumamnya sambil melepaskan diri dari pelukanku, “Aku bahkan hampir menangis saat pertama kali dia melakukannya. Apa kau juga begitu Oppa?”
Aku tertegun mendengar pertanyaannya, aku hanya bisa terdiam.
“Hmm… Laki-laki kan tidak seperti perempuan ya, kau pasti dengan senang hati melakukannya. Ya kan Oppa?” tanyanya lagi menatap mataku tajam, “Kau tau, aku bahkan masih cemburu kalau mengingat kau menci…”
Aku menciumnya, lebih berhasrat dari yang kulakukan sebelumnya, lebih dari ciuman-ciuman yang pernah kulakukan dengan orang lain.
TBC