October 06, 2013

All My Heart I


NOTE : Yang tulisannya warna PINK = EunGi POV
Yang BIRU = Sungmin POV
Yang cetak tebal = flashback.

ALL MY HEART
PART I
“Oppaaa….” Aku berlari kearah laki-laki yang sedari tadi mondar-mandir di parkiran, dia tersenyum ke arahku dan aku langsung memeluknya.
Aku suka sekali berada dipelukannya, rasa bahagia dihatiku serasa bertambah berkali-kali lipat jika bersamanya.
“Kabar bahagia apa yang membuatmu seperti ini?” dia mengelus rambutku.
“Aku baru saja menandatangani kontrak film itu Oppaa!!!” aku melepaskan pelukanku lalu berteriak dengan histeris.
“Chukae…” ucapnya lalu memelukku lagi.
Aku tidak menyangka akan mengalami hal semenyenangkan ini di bulan September, mendekati ulang tahunku. Kontrak untuk film perdanaku benar-benar seperti hadiah ulang tahun buatku.
Aku tersenyum terus sepanjang perjelanan. Sesekali Sungmin oppa mencubit pipiku dan menyuruhku untuk berhenti tersenyum karena aku benar-benar sudah seperti orang gila dilihatnya. Aku membalasnya dengan menjulurkan lidahku lalu kembali cengar-cengir sampai akhirnya kami sampai di apartemenku.
“Gomawo Oppa. Kau tidak masuk dulu?” tanyaku sampai didepan pintu apartemenku.
“Aah, ada sesuatu yang harus kukerjakan.” tolaknya, “Aku pergi dulu.” Ucapnya lalu mencium keningku. Aku melambaikan tangan padanya yang masih tersenyum melihatku. Begitu dirinya menghilang dari pandanganku, aku langsung masuk ke apartemenku.
Aku langsung berbaring diranjangku yang sangat nyaman. Sangat menyukai apartemen baruku ini yang warnanya didominasi dengan pink. Baru 2 bulan aku pindah kesini, setelah apartemen disebelah apartemenku yang lama dimasuki perampok. Sungmin dengan tegas langsung menyuruhku pindah dan mencarikan apartemen yang dekat dengan dormnya dengan alasan kalau terjadi apa-apa denganku dia bisa segera datang. Huh, bilang saja kalau sebenarnya gak sanggup jauh-jauh dariku… ^ ^
Apartemenku memang sangat dekat dengan dorm Super Junior, hanya berjalan beberapa blok, atau sekitar 7 menit. Makanya aku sangat dekat dengan semua member Super Junior, apalagi 2 bulan ini. Kami sering kali saling berkunjung karena jarak yang sangat dekat. Sesekali mereka makan ditempatku atau mereka memintaku untuk memasak di dormnya. Kompetisi memasak antara aku dan Ryeowook oppa sudah beberapa kali kami adakan, terkadang member lain pun ikut bersaing mencoba resep-resep masakan baru yang kami temukan di majalah atau internet.
Soal hubunganku dengan Sungmin, hanya member Super Junior yang tau aku dengan dia sudah 3 bulan ini berpacaran. Kang In oppa bahkan meneleponku mengucapkan selamat padahal aku belom pernah berjumpa dengannya, benar-benar membuatku terkejut. Walaupun pada awalnya ingin merahasiakan hubungan kami dari yang lain, tapi ternyata mereka sangat dekat satu sama lain. Dalam beberapa menit interogasi saja, Sungmin langsung bercerita semuanya kepada mereka.
“Oppa, aku tidak bisa tidur…” kataku begitu mendengar ‘yoboseyo’ dari handphone ku. Aku melihat jam di meja samping tempat tidurku, jam 2 subuh.
Kalau kau tidak tidur, kau akan mengantuk di lokasi syuting Eun Gi-ya… Tidurlah.” Aku mendengar beberapa kali dia menguap. Bahkan subuh-subuh begini pun dia rela bangun karena telepon dariku, aiss, aku benar-benar perempuan yang sangat beruntung.
“Apa menurutmu aku bisa melakukannya dengan baik besok?”
Kau bisa melakukan apa saja dengan sangat baik sayang… Kekhawatiranmu berlebihan.
“Yaaa, Lee Sungmin, kau berkata seperti itu agar kau bisa tidur lagi kan?” tanyaku curiga.
Aku bahkan rela tidak tidur berhari-hari untukmu sayang… Aku berkata seperti itu karena itulah kenyataannya.” Ucapnya lagi, “Sekarang pergi ke dapur.
“Mwoo? Untuk apa ke dapur?” tanyaku heran.
Minumlah susu cokelat hangat, itu bisa membantumu kalau kau susah tidur.
Aku tertegun mendengarnya, “Sepertinya aku pernah mendengar kata-kata itu…”
Yaaa, Shin Eun Gi! Bagaimana bisa kau lupa? Itu kan pertama kali yang kau ucapkan padaku saat pertama kali kita bertemu.
Aku terdiam, sama sekali tidak ingat apa-apa. “Bukankah pertama kali kita bertemu saat kau meminjamkan coatmu untukku? Hari pertama salju turun tahun lalu…”
Jadi kau benar-benar lupa Eun Gi?” tanyanya dengan nada kesal, “Pertama kali kita bertemu di Jungmun Resort tepat malam ulang tahunmu tahun lalu. Apa kau sudah melupakannya?
Ingatan akan hari itu muncul dikepalaku. Aku ingat dihari ulang tahunku aku sendiri di Pulau Jeju, hari yang tidak menyenangkan. Malam hari aku melihat seorang laki-laki duduk termenung, lalu aku menyapanya. “Aaah, jadi laki-laki itu kau Oppa?”
Hmmm…

Sudah 2 jam aku termenung sendiri disini. Telepon dari adikku yang mengabarkan ibuku masuk rumah sakit tidak bisa membuatku tidur. Padahal dua hari lagi aku akan kembali ke Seoul dan langsung bisa menemui ibuku, tapi aku benar-benar tidak bisa tidur.
Aku melihat sekelilingku, sepi. Hanya ada 2 resepsionis yang bertugas malam dan seorang perempuan yang sedari tadi melihat keluar jendela yang membuatku bertanya-tanya apa sebenarnya yang dilihatnya.
Dia berbalik dan langsung tersenyum melihatku memperhatikannya. Jantungku berdetak lebih cepat dan wajahku memanas, aku merasa malu dan juga terpana melihat senyumnya, manis sekali. Pandanganku terus mengikuti dia yang sedang berjalan menuju cafeteria. Aku heran sendiri bagaiamana senyumnya bisa mengalihkan pikiranku dari ibuku yang sakit. Saat dia melihatku rasanya…
“Ini.” tiba-tiba perempuan itu sudah berdiri di dekatku sambil menawarkan minuman. “Susu cokelat hangat bisa membantumu kalau kau susah tidur.”
Aku mengambil susu kaleng itu dan saat tersentuh tangannya jantungku tidak karuan, dia tersenyum lalu duduk disudut sofa yang kududuki. “Gomawo…”
Dia hanya mengangguk sambil memamerkan senyumnya yang manis sekali lalu mengambil majalah yang ada di meja yang memang disediakan untuk tamu. Tiba-tiba aku membayangkan dia bersandar di bahuku dan dengan manja memanggilku ‘saba’ lalu aku menciumnya dan… stop! Apa-apaan yang kubayangkan ini??? Baru beberapa hari yang lalu aku bilang ke hyung dan dongsaeng ku kalau aku tidak akan menikah. Dan sekarang apa yang kupikirkan? Menikah dengan perempuan yang belum ada 1 jam kukenal? Astaga!
“Gwaenchana?”
“Oh? Eh, ne…” jawabku terkejut melihat wajahnya yang begitu dekat memperhatikanku, aku suka mata bulatnya.
“Kau terlihat banyak pikiran…” ucapnya.
Aku menggangguk membenarkan dan dalam hitungan detik tanpa bisa kutahan mulutku sudah mulai bercerita tentang apa saja yang menjadi pikiranku. Aku heran sendiri bagaimana dengan mudahnya aku bercerita dengannya, padahal aku juga bukan orang yang dengan mudah membagi pikiranku dengan orang yang sudah dekat denganku sekalipun. Aku bahkan belum ada sehari mengenalnya…
Jam 12 tepat jam yang ada di ruangan ini berbunyi. Perempuan itu melihat jam tangannya.
“Ah, sudah jam 12… ” ucapnya lalu beranjak dan membungkuk sedikit ke arahku, “Gomawo karena tidak membiarkanku sendirian menghabiskan hari ulang tahunku…” ucapnya lalu tersenyum dan berjalan meninggalkanku.
“Ehh? Saengil chukae…” ucapku terkejut, setengah berteriak dan dia tersenyum ke arahku sekali lagi lalu berlalu.
Jam 12… kenapa aku jadi teringat cerita Cinderella? Apa tadi dia menggunakan sepatu kaca? Astaga! Apa yang kupikirkan? Perempuan itu sepertinya membuatku sedikit gila. Aku menggelengkan kepalaku tersenyum sendiri. Dia harus menjadi istriku…
Aku kembali ke kamarku, sedikit lebih tenang setelah bercerita panjang lebar dengan perempuan itu. Aku berbaring ditempat tidurku dan baru menyadari sesuatu. Aku bahkan tidak menanyakan namanya. Asataga! Apa yang terjadi denganmu Lee Sungmin??? Mengapa kau tidak menanyakan namanya atau nomor teleponnya??? Aku masih mengutuki diriku sendiri sampai akhirnya aku tertidur.
Alarm di handphoneku yang sudah ribut dari tadi akhirnya berhasil membangunkanku. Jam 6 tepat, aku menguap, lalu masuk ke kamar mandi. Setelah rapi aku keluar dari kamarku dan berjalan ke resepsionis. Dari jauh aku melihat perempuan itu, aku mempercepat langkahku, tapi terlambat dia sudah meninggalkan meja resepsionis dan menghilang dari pandanganku.
“Jogi, siapa perempuan itu?” tanyaku begitu sampai di meja resepsionis resort itu.
“Eh, Sungmin-ssi…” ucap perempuan yang ditanyai itu gugup.
“Siapa perempuan itu??” aku bertanya tak sabar.
“Oh, dia, dia… Aku, aku tidak tau banyak, hanya tau namanya Shin Eun Gi. Dia check in tanggal 15 September dan akan keluar besok.” Jelas perempuan itu setelah membolak-balik buku dihadapannya, “Eeh, Sungmin-ssi, bolehkah aku berfoto denganmu? Aku, aku ini elf…”
“Apa kau tau dia akan pergi kemana?” tanyaku lagi.
“Sepertinya akan ke Teddy Bear Museum…” jawabnya sedikit kecewa.
“Hmm, kamsahamnida Song-ssi.” kataku membaca name tag’nya. “Dimana handphonemu?”
“Eh??”
“Bukankah kau ingin berfoto denganku?” tanyaku heran.
Buru-buru dia mengeluarkan handphonenya. Setelah berfoto dengannya, membalas jasanya yang telah memberitauku beberapa informasi tentang perempuan itu, aku langsung beranjak pergi menaiki bus resort yang akan menuju Teddy Bear Museum.
Aku mengedarkan pandanganku mencarinya, nihil. Dia tidak ada di bus ini. Saat aku akan turun, tiba-tiba pintu bus tertutup dan akhirnya terpaksa aku duduk dibangku terdekat karena bus sudah mulai berjalan. Aku mengeluarkan Iphoneku dan langsung memasang headset, aku tertidur selama perjalanan.
Begitu pintu bus terbuka aku langsung meloncat keluar dan buru-buru memasuki museum itu. Sangat banyak orang yang datang hari ini karena akan diadakan pertunjukan Teddy Bear yang bernyanyi dan bernari.
Aku terus mencari sosoknya sampai akhirnya aku menemukannya sedang memperhatikan sepasang Teddy Bear yang memakai gaun dan jas pengantin. Aku melangkah mendekatinya dan terdiam saat kulihat sesuatu yang bening keluar dari matanya, dia menangis… Dia menempelkan jari-jarinya di kaca etalase boneka itu, air matanya semakin deras mengalir. Ingin sekali rasanya saat itu aku memeluknya. Sosoknya yang berdiri didepanku berbeda dengan dia yang kulihat semalam. Saat ini dia seperti perempuan yang sangat rapuh, padahal semalam dia adalah perempuan yang selalu tersenyum manis seperti tidak pernah mempunyai masalah apapun. Dan aku, kenapa aku malah merasa semakin menyukainya?
Aku menyukai senyumannya, juga menyukainya saat dia menangis. Melihatnya menangis seperti ini membuatku merasa ingin memeluknya dan akan selalu melindunginya. Apakah aku jatuh cinta?
Getaran di kantong celanaku membuyarkan pikiranku, aku langsung mengangkatnya, “Yoboseyo…” ucapku, “Oh, ne, ne… Aku akan segera kesana.”
Setelah menutup teleponku, aku tidak melihatnya lagi. Aku mengitari tempat itu dan tidak menemukannya. Lima belas menit berlalu dan aku belum berhasil menemukannya. Iphoneku bergetar lagi. “Iya hyung, aku akan kesana sebentar lagi.” Aku menutup teleponku setelah managerku bilang sudah menyuruh seseorang menjemputku ke museum. Setengah jam lagi berlalu dan aku tetap tidak berhasil menemukannya.
Aku menatap museum itu sedih, terus  memandanginya sampai mobil yang membawaku ini berbelok dan bangunan museum itu hilang dari pandanganku. Aku membaca pesan di handphoneku lagi. Hyung, cepat pulang! Omma akan menjalani operasi.
Aku memejamkan kedua mataku, benar-benar lelah mencarimu Shin Eun Gi…
*
“Kamsahamnida…” teriakku sambil membungkukkan badanku kearah kru-kru dan pemain lain.
Syuting hari pertama ini akhirnya berakhir juga. Hari ini benar-benar menyenangkan. Pada awalnya aku takut tidak bisa melakukannya dengan baik, tapi karena para kru dan pemain lainnya sangat baik, aku jadi leluasa berakting. Aku senang sekali saat sutradara memuju aktingku, ternyata Sungmin benar, kekhawatiranku berlebihan.
“Eh, Eun Gi-ssi! Apa kau mau pulang?” tanya salah satu pemain yang namanya Lee Joon, member MBLAQ.
“Ne.” Aku mengangguk sambil tersenyum padanya, saat aku berbalik dia menahan tanganku.
“Biar aku antar,” katanya mengejutkanku.
“Aah, tidak usah Joon-ssi. Aku tidak mau merepotkanmu.” tolakku, aku tersenyum.
“Sama sekali tidak merepotkan.” Dia langsung menarik tanganku menuju mobilnya.
“Aku rasa kita perlu mendekatkan diri.”
“Eh?” Aku terkejut mendengar ucapannya.
“Hmm, besok kan kita harus berciuman. Rasanya aneh kalau aku mencium orang yang tak kukenal…”
“Mwo???” Aku semakin terkejut mendengarnya, seingatku saat membaca naskah tidak ada dituliskan aku harus berciuman dengan siapapun.
“Kau tidak tau?” tanyanya heran, aku hanya menggeleng lalu mengambil naskahku membacanya ulang. “Lihat di scene 12…”
Dan benar saja, disitu benar-benar ditulis ‘Eun Sung menciumYoon Hee’ itu berarti dia akan menciumku. Astaga! Ottokhe??? Bahkan pacarku saja belum pernah menciumku, masa dia yang akan menciumku duluan?
“Kau sudah pernah kan?” tanya Joon-ssi curiga.
Aku diam saja, tak mungkin rasanya kalau aku bilang aku belum pernah berciuman. Bisa-bisa dia menertawaiku…
“Hahaha. Ternyata kau memang tidak pernah melakukannya ya…” Huh, aku ingin sekali memotong lidahnya saat ini. “Apa kau punya pacar?”
Aku mengangguk.
“Kalau begitu kau harus menciumnya malam ini.” Aku melotot dibuatnya, “Yah, kalau tidak berarti aku dong yang mendapat ciuman pertamamu. Hahahaha.”
Aku menimpuknya dengan naskah yang masih kupegang, “Tidak akan!”
“Baiklah, kita lihat saja siapa yang akan menjadi ciuman pertamamu. Aku rasa sih pasti aku…”
Heehh, aku benar-benar ingin membunuhnya. Tentu saja aku tidak akan memberikan ciuman pertamaku pada orang yang baru kukenal sehari. Apalagi dengan orang yang menyebalkan seperti dia. “Shiro!!!” teriakku tiba-tiba, dia terkejut sebentar lalu tertawa terbahak-bahak karena langsung tau apa yang kupikirkan tadi. Aku membenci Lee Joon-ssi!!!

“Oppa kau dimana?” tanyaku tanpa mengucapkan ‘yoboseyo’ dulu.
Aku sedang ada kerjaan. Waeyo?
“Kau bisa tidak ke apartemenku?” Aku melihat jam, masih jam 8 malam.
Hmm, entahlah. Kalau aku bisa pulang cepat malam ini, aku pasti akan ke apartemenmu. Tapi kalau tidak, besok sore baru aku bebas, aku akan menjemputmu di lokasi syuting.
“Tapi…” Aku terdiam, tidak tau bagaimana menjelaskannya.
Sayang, aku akan menghubungimu nanti ya… Aku harus tampil sebentar lagi. Tak apa kan?
“Hmm.” Aku langsung mematikan handphoneku, kesal. Ottokhe?
Apa dia tidak peduli kalau aku dicium orang lain? Lagipula ini kan untuk syuting, dia pasti tidak mempermasalahkannya. Huuh, tapi kenapa aku malah ingin dia mempermasalahkannya…
Bagaimana kalau mengirimnya pesan saja? Kalau ditelepon aku pasti bingung menjelaskannya. Tapi kalau seandainya dia berpikir itu bukan apa-apa, aku akan sangat malu kalau mengirim pesan seperti itu. Aduuuh, apa yang harus aku lakukan????
Aku menatap jam di mejaku, 12 malam, tapi kenapa dia belum juga menghubungiku? Yaaaa, Lee Sungmin!!! Kenapa kau tidak menghubungiku juga??? Aku berguling-guling diranjangku, berusaha untuk tidur tapi tetap saja aku tidak bisa.
Sudah jam setengah 3 subuh, aku tidak tahan kalau begini terus. Lebih baik kubilang saja padanya, terserah dia mau menanggapinya bagaimana.
Yoboseyoo… hoaam.
“Oppa…”
Ada apa Eun Gi-ya?
“Oppa…” Aku mulai kebingungan.
Iya, ada apa sayang? Jangan membuatku khawatir…
“Ani, ani… Aku hanya ingin memberitaumu kalau besok saat syuting aku harus mencium Lee Joon-ssi.” jelasku cepat-cepat.
Oh…
Mwo??? Dia hanya bilang ‘oh’??? Aku langsung menutup teleponku. Dasar sial!!! Bisa-bisanya dia cuma bilang ‘oh’ padahal aku sudah sampai tidak tidur karena memikirkan itu… Eeeerrgh!! Aku membencimu Lee Sungmin!!!
Dengan kesal aku membuka kulkas, mengeluarkan air dingin lalu menuangnya asal ke gelas yang hampir pecah kubanting saat meletakkannya ke meja sangkin kesalnya. Aku meminum 1 gelas itu cepat-cepat, mengatur pernapasanku lalu meminum segelas lagi, beberapa tetes air tumpah mengalir ke leherku.
Suara ketukan dipintu apartemenku semakin membuatku kesal. Siapa lagi bertamu masih subuh begini? Tidak punya tata karma, tidak tau sopan santun apa? Huh! Aku buru-buru ke pintu dan sudah siap-siap untuk memaki siapa yang datang. Braak… Astaga! Aku menabrak meja kaca dekat pintu membuat kakiku sakit sekali, rasanya seperti mau copot. Sambil memegangi kakiku aku membuka pintu.
“Oppa…”
Belum lagi aku menyelesaikaan keterkejutanku karena laki-laki yang dari tadi kumaki sekarang berdiri didepan pintuku, tiba-tiba dia langsung menciumku. Dia mencium bibirku dengan lembut dan semakin dalam, kedua tangannya memeluk pinggangku. Tanpa kusadari tanganku yang tadi memegangi kakiku kini sudah berada dikepalanya, menahannya sementara bibirku sibuk membalas ciumannya, aku sudah tak merasakan lagi kakiku yang sakit karena menabrak meja tadi. Sepuluh menit kami bertahan dengan posisi itu, membuatku sesak nafas…
“Kenapa kau kesini Oppa?” tanyaku setelah berhasil mengatur nafasku kembali normal, dia masih tetap memeluk pinggangku.
“Kenapa??? Bagaimana bisa kau masih menanyakan itu sayang…” ucapnya lalu mencium mataku, “Aku hampir mati terkejut  mendengar kau bilang akan mencium Lee Joon itu.”
“Yaaa, Oppa bahkan hanya bilang oh tadi…”
“Karena itu kau menutup teleponnya?” tanyanya, aku mengangguk malu, dia mempererat pelukannya. “Tadinya aku belum sepenuhnya mencerna perkataanmu. Setelah aku sadar, aku mencak-mencak, tapi ternyata kau sudah menutup teleponnya…”
Aku tertawa mendengar penjelasannya. “Tadinya kupikir kau tidak perduli Oppa karena itu hanya untuk keperluan film.”
“Walaupun aku mengerti itu hanya untuk film, tapi tetap saja aku manusia biasa EunGi. Aku tidak akan rela ciuman pertama pacarku direbut oleh orang lain…”
Aku menatapnya terkejut. “Darimana kau tau aku belum pernah berciuman sebelumnya Oppa?”
“Aku tau semua tentangmu sayang.” Dia mengedipkan sebelah matanya, dasar!
“Ya sudah pulang sana.” suruhku, “ini sudah subuh…”
“Pulang?” tanyanya heran, “I’m home now…”
Aku mencubit lengannya, “Your wish!”
Dia tertawa lalu menciumku lagi. “Aku masih belum bisa merelakan dia menciummu besok.”
“Aiis, sudah lah. Itu kan hanya ciuman biasa saja.” sahutku, “Kau harus pulang Oppa, ini sudah jam berapa…” Aku mendorongnya menuju pintu, dia masih menciumiku beberapa kali sampai didepan pintu.
“Kau benar-benar mengusirku sayang?” tanyanya lagi membuatku geli sendiri.
“Aku benar-benar mengusirmu Lee Sungmin.” jawabku lalu dia menarik tanganku lagi dan menciumku, begitu seterusnya sampai hampir setengah jam didepan pintu apartemenku, baru dia benar-benar pulang ke dormnya.

“Aiiiss…” Aku mengepalkan tanganku.
Ciuman biasa katanya!!! Shin Eun Gi kau benar-benar keterlaluan, bagaimana mungkin ciuman seperti itu dibilang biasa??? Aiis, aku ingin sekali membunuhmu Lee Joon!
Aku menghela nafas, tak tahan melihat pemandangan didepanku. Berkali-kali manusia sial itu mencium pacarku, benar-benar membuat panas. Aku tau ini hanya akting, tapi kenapa mahluk yang bernama Lee Joon itu selalu saja berusaha membuat kesalahan agar sutradara menyuruh mereka untuk mengulanginya lagi dan LAGI??!!
Aku melihat EunGi protes saat sutradara menyuruh mereka mengulangnya lagi karena Lee Joon yang tiba-tiba tertawa. Bisa kulihat dengan jelas EunGi memarahi Joon habis-habisan, ingin sekali mendengar apa yang dikatakan pacarku itu. Tapi kalau aku turun dari mobil ini bisa-bisa hubungan kami akan ketauan publik. Aku memukul setir mobilku melihat Joon mencium pacarku lagi seperti benar-benar bernafsu.

“Eeerrghh…” EunGi menutup pintu mobilku, setengah membanting tepatnya.
“Waeyo?” tanyaku melihat ekspresi kesalnya.
Dia diam saja memejamkan matanya lalu menyandarkan badannya, sepertinya dia benar-benar lelah. Aku melihat jam, masih jam 5, sepertinya tak apa kalau aku membawanya berjalan-jalan dulu. Aku menjalankan mobilku menuju taman Yeouido yang sering kami kunjungi. EunGi sangat suka memandangi Sungai Han dari situ.
Setelah 15 menit akhirnya kami sampai. Tidak sedikit orang datang ketempat ini untuk berolahraga atau sekedar duduk mengobrol. Aku membuka kaca jendelaku dan jendela EunGi, membiarkan udara segar masuk.
“Oppa, mian…” katanya tiba-tiba membuatku terkejut, aku pikir tadi dia masih tidur.
“Untuk apa kau minta maaf?”
“Aku tidak bisa menceritakan apa yang terjadi di lokasi syuting hari ini.” jawabnya lirih, dia membuka matanya lalu menatapku.
Aku mencium keningnya. “Aku sudah tau kok.”
Dia tampak terkejut lalu menunjukkan bibirnya yang sedikit luka padaku. “Apa kau juga tau dia melukai bibirku? Yaah, aku tau dia tidak sengaja sih…”
“MWO????” Aku benar-benar shock mendengar perkataannya, dia pun terkejut mendengar teriakanku. “Bagaimana bisa dia melukai bibirmu?”
“Dia tidak sengaja menggigitnya,” jawabnya polos sambil menyentuh bibirnya tepat di lukanya yang terlihat lebih merah, aku menelan ludah. Kenapa disaat seperti ini aku malah tergoda untuk menciumnya?!!
“Kenapa dia bisa tidak sengaja menggigit bibirmu?” tanyaku berteriak mengatasi godaan diriku sendiri.
“Yaaa! Kenapa kau berteriak padaku? Aku capek hari ini, aku lelah… Kenapa malah meneriakiku?” tanyanya kesal, ntah kenapa aku merasa dia akan mulai menangis.
Dan benar saja belum ada 5 detik, air matanya sudah mulai mengalir dipipinya. Aku benar-benar merasa bersalah sudah meneriakinya, langsung kupeluk tubuhnya dengan erat, kaosku mulai basah karena air matanya.
“Rasanya benar-benar tersiksa kalau harus mencium laki-laki yang tidak dicintai…” gumamnya sambil melepaskan diri dari pelukanku, “Aku bahkan hampir menangis saat pertama kali dia melakukannya. Apa kau juga begitu Oppa?”
Aku tertegun mendengar pertanyaannya, aku hanya bisa terdiam.
“Hmm… Laki-laki kan tidak seperti perempuan ya, kau pasti dengan senang hati melakukannya. Ya kan Oppa?” tanyanya lagi menatap mataku tajam, “Kau tau, aku bahkan masih cemburu kalau mengingat kau menci…”
Aku menciumnya, lebih berhasrat dari yang kulakukan sebelumnya, lebih dari ciuman-ciuman yang pernah kulakukan dengan orang lain.
TBC

No comments:

Post a Comment