“Ani, maksudku.. posisi nomor satu sebagai namja yang ada
di hati EunGi, bukan sebagai Oppa’nya..” jelas Yonghwa oppa membuatku terdiam.
“Ah, kalau itu kau tanyakan sajalah langsung pada
EunGi,” jawab Joon oppa cepat, “Hmm, aku lupa tadi aku ada janji menghubungi
EunJi! EunGi-ya, aku pinjam kamarmu yaa, kalian lanjutkan saja berdua...”
sambungnya lagi lalu masuk ke kamarku.
Apa-apaan namja tengik itu, beraninya dia meninggalkan
kami setelah menciptakan suasana yang canggung seperti ini! Aigoo, apa yang
harus kukatakan? Ottokhae?! Ottokhae?!!
PART 5
“Ah, itu.. itu..” kataku terbata-bata, bingung mau
menjawab apa.
“Aniyo, tidak usah dijawab sekarang EunGi-ya, take your
time to think..” potong Yonghwa oppa, diacaknya rambutku pelan, aku lega sekali
rasanya.
“Kita jadi pergi Oppa?” tanyaku langsung mengalihkan pembicaraan,
“Kau bilang mau belanja keperluanmu kan..”
“Ah, itu, tadi Minhyuk bilang dia yang akan belanja,”
jawab Yonghwa oppa, “Bagaimana kalau hari ini kita ke taman bermain? Ajak Joon
dan Eunji juga..”
“Taman bermain??” tanyaku heran, sejak kapan Yonghwa oppa
suka ke taman bermain?
“Hmm,” gumam Yonghwa oppa sambil mengangguk, “Sudah lama
aku tidak kesana, kau juga kan?”
Aku mengangguk, “Hmm, baiklah, aku ajak Joon oppa dulu..”
jawabku lalu pergi ke kamarku untuk mengajak Joon oppa.
“Hwaaaa...” teriakku dan Eunji kesenangan begitu kami
sampai di taman bermain, benar-benar sudah lama tidak kesini, terakhir kali aku
kesini sudah berapa tahun yang lalu bersama.. ah, sudahlah lupakan!
“Hmm, inilah susahnya kalau kita pergi dengan artis
EunGi-yaa..” keluh Eunji melihat Joon oppa dan Yonghwa oppa sibuk
menutup-nutupi wajah mereka.
Aku terkikik geli, “Heehehehe, sudahlah Eunji kau terima
saja nasibmu punya calon suami orang terkenal seperti itu..” kataku membuat
Eunji memutar bola matanya.
“Waah, bianglala!!” pekik Eunji senang, “Ayo kita naik
ituuu!!” katanya bersemangat langsung menarik Joon oppa sambil berlari-lari
kecil.
Aku dan Yonghwa oppa berjalan santai mengikuti mereka,
beberapa orang yang kami lewati sibuk melihat kami sambil berbisik-bisik, sepertinya
mereka tau kalau namja yang sedang menggandeng tanganku ini adalah leader CN.
Blue.
Aku dan Yonghwa oppa duduk berdua dalam diam, perlahan
bianglala itu berputar. Aku memandang pemandangan kota Seoul dengan kagum,
sudah 2 tahun aku meninggalkan kota ini, juga meninggalkan kenangan itu, tapi
entah kenapa kenangan-kenangan itu seakan tak mau lepas dari ingatanku.
Tanpa sadar aku tersenyum sendiri mengingat kencan
pertamaku dengan namja itu, kami pergi ke taman bermain ini. Dan di bianglala
ini kami hampir saja berciuman, kalau saja saat itu bianglala ini tidak macet.
“Oppa, ini sih namanya
bukan kencan..” gerutuku pada Sungmin oppa yang sedang mengatur nafasnya, kami
bersembunyi di dalam sebuah gua di taman bermain yang menjadi tempat pilihan
kami untuk kencan pertama kami.
Sungmin oppa mengintip
keluar dengan wajah khawatir, dari tadi kami dikejar-kejar oleh Elf karena
penyamaran Sungmin oppa terbongkar.
“Mianhae EunGi-ya..”
jawabnya kembali menatapku, “Aku tidak tau akan begini jadinya, mian..” sambungnya
lagi, dia benar-benar menyesal sepertinya.
Aku hanya bisa
tersenyum, bagaimana pun ini kencan pertama kami, mana mungkin aku merusaknya
dengan marah-marah tak jelas. Sungmin oppa berusaha mencari waktu untuk kencan
kami saja aku sudah senang, mengingat jadwalnya yang padat itu.
“Gwaenchana,” jawabku,
“Asal bisa bersama Oppa saja aku sudah senang..” sambungku lagi membuat
senyuman indah di wajahnya kembali lagi, ah, manis sekali senyumnya itu.
Sungmin oppa menarikku
ke pelukannya, “Ah, aku tau bagaimana supaya kita bisa berduaan saja, lepas
dari kejaran Elf EunGi-ya..”
“Bagaimana?” tanyaku
melepas pelukannya.
“Ayo siap-siap lari
lagi..” katanya menggemgam tanganku.
“Mau lari kemana lagi
Oppa?” tanyaku.
“Ayolah, tidak jauh
dari sini kok,” jawabnya, aku menghela nafas, membalas genggaman tangannya
mantap.
Setelah menghitung
sampai 3 kami keluar dari gua itu, benar saja semua Elf yang sudah kelimpungan
mencari-cari kami segera teriak dan ikut berlari mengejar kami, Sungmin oppa
mempererat genggamannya. Setelah agak lama berlari dan sepertinya Elf agak
ketinggalan dibelakang kami, Sungmin oppa berhenti, lalu berbicara pada seorang
petugas, lalu menarik tanganku lagi masuk ke kantor kecil, sepertinya tempat
petugas itu.
“Oppa, untuk apa kita
kesini?” tanyaku bingung.
“Antri,” jawabnya
santai, membuatku melongo.
“Antri??”
Dia mengangguk, “Antri
untuk naik itu,” jawabnya sambil menunjuk keluar jendela.
“Ah, bianglala..” aku
dari tadi tidak memperhatikan sekitar kami karena terlalu fokus berlari
menghindar dari kejaran Elf.
“Nanti setelah
bianglalanya hampir penuh baru kita naik,” jelas Sungmin oppa, lalu dia
mengintip ke jendela melihat Elf yang kembali bingung mencari kami, satu-satu
Elf itu mulai pergi, mungkin mencari kami ke tempat lain.
“Sungmin-ssi, kalian
boleh naik sekarang,” kata seorang petugas masuk ke kantor kecil ini.
Aku dan Sungmin oppa
masuk ke bianglala pelan-pelan untuk menghindari perhatian, setelah kami duduk
baru bianglala itu berputar.
“Oppa, kau mengenal
petugas tadi?” tanyaku.
Dia mengangguk, “Waktu
kami syuting MV, dia yang membantu..”
“Oh,” gumamku, lalu
memperhatikan pemandangan kota Seoul, “Dari atas sini, kota Seoul itu indah
sekali ya.. Sepertinya aku tidak akan pernah bosan memandangnya,”kataku kagum.
“Hmm, sama seperti aku
yang tidak akan pernah bosan memandangmu..” ucap Sungmin oppa, membuatku
tertegun.
Aku melihat kearahnya
yang duduk disampingku, dia tengah menatapku intens. Tiba-tiba dia mendekatkan
wajahnya, membuat jantungku jumpalitan. Aku bingung harus bagaimana, ini yang
pertama kali buatku, sebelumnya aku tidak pernah dengan pacarku yang lalu. Aku
menutup mataku menanti apa yang selanjutnya akan terjadi.
Treekk, bianglalanya
mendadak berhenti.
Aku dan Sungmin oppa
lantas membuka mata kami terkejut, “Oppa, ottokhae?” tanyaku khawatir, yang
benar saja, kami sedang berada di paling atas bianglala ini, aku memandang
kesekitar, membuatku semakin takut.
Aku merapatkan diri ke
Sungmin oppa, dia menggenggam tanganku, “Tenang saja,” katanya, dia terlihat
tenang-tenang saja. Terdengar dari bawah pengumuman bahwa ada kesalahan tehknis
dan bianglala ini akan diberhentikan beberapa saat.
“Oppa, kenapa kau
tenang-tenang saja?” tanyaku heran, kenapa dia tidak takut.
“Mwo? Kenapa aku harus
takut?” tanyanya balik, “Kemungkinan terburuknya cuma kita jatuh atau mati
disini kan, kalau pun aku mati, aku bakal mati dipelukanmu kan? Kenyataan itu
saja sudah cukup kok untuk membuatku tenang..” sambungnya lagi dengan
ketenangan yang sama, dia memelukku erat.
“Kau ini..” gumamku
dengan wajah yang bersemu merah, mau tak mau aku senang sekali mendengar
ucapannya, adakah yeoja yang lebih beruntung dariku?
“EunGi-yaa.. EunGi..” aku tersadar dari lamunanku,
Yonghwa oppa sedang melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku.
“Ah, iya, ada apa Oppa?” tanyaku.
“Kau banyak melamun belakangan ini EunGi-ya,” jawabnya.
“Ah, benarkah Oppa?” tanyaku, “Mianhae, tadi aku hanya
teringat sesuatu saja..”
Dia mengangguk, “Sesuatu yang menyenangkan sepertinya,
dari tadi kau senyum sendiri..”
Benarkah aku tersenyum? “Ah, ani, sama sekali bukan hal
yang menyenangkan..”
“Jinca?” tanyanya tak percaya, aku mengangguk lalu
kembali memperhatikan pemandangan diluar.
Yonghwa oppa diam, ikut memperhatikan keluar, sepertinya
dia tau aku tidak ingin membahas tentang lamunanku tadi.
“EunGi-ya, apa kau masih marah karena dulu aku pernah
menghianatimu?” tanya Yonghwa oppa, membuatku menatapnya.
Aku tersenyum, “Aku bahkan sudah melupakannya Oppa..”
jawabku, “Lagi pula bukan salahmu, kan aku yang meninggalkanmu selama setahun
dan tidak memberimu kabar..”
“Tapi kita sudah berjanji untuk menjaga perasaan kita
masing-masing kan?” tanyanya, “Tapi aku malah jatuh cinta pada yeoja lain..”
“Siapa juga namja yang tidak akan jatuh cinta pada
Seohyun Onnie, kalau aku jadi kau, aku juga pasti akan jatuh cinta padanya
Oppa..” kataku, “Dia yeoja yang baik..”
Yonghwa oppa mengangguk, “Dan kau juga yeoja yang tak
kalah baik, karena itu aku berulang kali jatuh cinta padamu..” ucapnya
terang-terangan.
Aku hanya bisa diam mendengar ucapannya. Aku sendiri tak
yakin dengan perasaanku, di satu sisi aku nyaman bersama Yonghwa oppa, di sisi
lain aku tidak yakin untuk menerima perasaannya. Aku takut jika aku menerima
cintanya malah akan menyakiti dia dan aku, bagaimana pun perasaanku pada namja
yang telah lama berlalu itu masih belum sepenuhnya hilang.
“Ayo kita turun,” ajak Yonghwa oppa menarik tanganku, aku
mengikutinya tanpa suara.
“Aku lapaar..” kata Eunji begitu kami sudah berempat
lagi.
“Ayo kita makan,” ajak Yonghwa oppa.
“Ayoo!!” seru Eunji senang lalu menarik tanganku, “Kita
biarkan saja kedua artis itu di belakang, kan enak punya bodyguard artis,
hehhehehe..” candanya membuatku ikut tertawa.
“Kau mau makan apa EunGi?” tanya Joon Oppa, aku
membolak-balik buku menunya, tinggal aku yang belum memesan.
“Aku tidak lapar,” jawabku, “Strawberry milkshake saja
satu,” ucapku pada pelayan.
“Hyung, kapan rencananya kalian menikah?” tanya Yonghwa
oppa.
“Desember tahun ini,” jawab Joon oppa, “Ya kan Eunji?”
Eunji mengangguk, “Hmm, aku suka sekali musim salju, makanya
aku mau pernikahanku nanti di musim salju,” terangnya, “Ah, EunGi-ya kau juga
suka musim salju kan?”
“Eh? Aku..”
“Jongmal?” tanya Yonghwa oppa penasaran, “Aku baru tau
kau suka musim salju EunGi-ya.. Kenapa kau suka musim salju?”
“Masa Oppa tidak tau?” tanya Eunji heran, “EunGi suka
musim salju karena saat musim salju lah EunGi pertama kali bertemu Sungmin
Op...” Eunji menutup mulutnya, Joon Oppa memelototinya, “Mianhae..” ucap Eunji
memelas padaku.
Aku tersenyum kecut, “Aniyo, gwaenchana..” jawabku.
Kami terdiam cukup lama, sibuk dengan pikiran kami
masing-masing. Untunglah tak lama pesanan kami datang, lalu kami kembali
bercerita tentang rencana pernikahan Eunji dan Joon oppa.
Aku duduk diam memandang keluar jendela kamarku, di luar
hujan deras. Kulirik jam dindingku, sudah jam 2 subuh, ntah sudah berapa jam
aku duduk diam begini. Ini lah yang ku takutkan pulang ke Seoul, baru beberapa
hari aku kembali ke kota ini dan tak sehari pun aku tidak mengingat dia.
Kenangannya di kota ini terlalu kuat.
Aku teringat ucapan Eunji tadi, dia benar, aku suka
sekali musim salju. Karena musim itu mengingatkanku pertama kali aku bertemu
namja itu, namja yang akhirnya mencuri seluruh hatiku. Tentu saja saat itu aku
masih tidak ingat ternyata kami pernah bertemu di Jeju sebelumnya.
“Ah, harusnya tadi aku
bawa mantelku..” gerutuku, menggosok-gosokkan kedua telapak tanganku, ini
benar-benar dingin sekali, batinku, tentu saja ini kan bulan Desember, ah EunGi
babo!
Aku memandang sekitar
coffe shop yang sedang kudatangi ini, seprtinya sebentar lagi akan tutup, hanya
tinggal aku dan seorang namja yang sibuk dengan notebooknya yang duduk di coffe
shop ini. Aku memandang lesu handphoneku yang sudah mati, kalau begini
bagaimana caranya aku menghubungi Eunji, bahkan nomor handphonenya pun aku tak
hapal..
Aku menghela nafas
dalam, baiklah EunGi-ya, biar bagaimana pun kau harus melewati malam dingini
ini, kalau tidak kau tidak akan sampai di apartemenmu yang hangat, ucapku dalam
hati membayangkan ranjangku dan bedcover tebal yang sudah menungguku. Aku
merapikan barang-barangku, namja yang duduk tak jauh dariku juga sedang
merapikan barangnya.
Aku segera
meninggalkan bangkuku, lalu membuka pintu coffe shop itu dan brrr.. seketika
aku menggigil, ini benar-benar dingin, aku bisa mati kalau begini. Aku
menggosok-gosok kedua tanganku lagi.
“Kau tidak bawa
mantel?” tanya namja yang tadi duduk di coffe shop, dia sudah berdiri
disampingku, kenapa wajahnya khawatir begitu?
Otomatis aku
menggeleng dan tiba-tiba dia memakaikan mantel yang dipegangnya padaku
membuatku terkejut, “Aniyo, tidak perlu..” kataku cepat-cepat sambil melepas
mantelnya, tapi sepertinya aku mengenal wajah namja ini, astaga! “Neo.. Lee
Sungmin Super Junior kan??” pekikku tak percaya.
Dia hanya mengangguk
dan kembali memakaikan mantelnya padaku, “Kau bisa mati membeku kalau tidak
pakai ini,” katanya lalu melepas syalnya dan memakaikannya padaku yang masih
terbengong. Dia melepas sarung tangan kirinya dan memakaikannya di tangan
kiriku, lalu digenggamnya tangan kananku, “Kajja, kita ke mobilku, aku antar
kau pulang..” katanya menarik tanganku dan aku yang masih belum sepenuhnya
sadar hanya mengikutinya.
“Jangkkaman!!” seruku
tiba-tiba membuatnya berhenti, “Salju..” ucapku kagum melihat butiran-butiran
putih mulai berjatuhan dari langit, kulepas tanganku dari genggamannya, lalu
merasakan salju-salju itu jatuh di telapak tanganku, dingin.
Aku melihat ke arahnya
yang dari tadi memandangiku intens, dia sepertinya tersadar aku melihatinya
dengan bingung. “Kajja!” katanya lalu menarik tanganku lagi.
“Kau tau Sungmin-ssi,”
ucapku sambil terus berjalan cepat-cepat mengikuti langkahnya, “Aku selalu
membayangkan bisa berduaan dengan orang yang kusuka melihat pertama kali turun
salju,” sambungku tak peduli sepertinya dia tidak mendengar ucapanku, “Dan kau
mewujudkannya..”
Dia membukakan pintu
mobilnya padaku dan menyuruhku masuk, lalu dia masuk ke dalam mobil tanpa
bicara sedikit pun. Aku menyebutkan alamatku tanpa ditanyanya. Lalu kami hanyut
dengan pikiran kami masing-masing.
“Gomawoyo..” ucapku
begitu kami sampai di depan geudng apartemenku, dia turun lalu membukakan pintu
mobilnya untukku. “Ini..”
“Besok aku akan
kembali mengambil mantelnya,” potongnya saat aku akan melepaskan mantelnya,
“Masuklah,” katanya dan entah kenapa aku malah menuruti kata-katanya, saat aku
melangkah masuk dia kembali masuk ke mobilnya, dia membuka kaca jendelanya,
lalu dengan sedikit berteriak dia bilang,“Ternyata hyungku benar Shin EunGi,
kalau aku berjodoh dengamu aku pasti akan bertemu denganmu, sampai jumpa
besok!” lalu dia pergi meninggalkanku yang masih terbengong.
“Sepertinya aku tidak
ada menyebut namaku tadi..” gumamku bingung.
Aku menghapus air mataku yang sudah menetes tanpa
kusadari, benarkah kita berjodoh Sungmin oppa, batinku. Apa kau pernah sekali
saja mengingatku Oppa? Apa kau sudah bahagia dengan yeoja itu sampai tidak
pernah mengingatku bahkan sekali saja? I
still love you Lee Sungmin, with all my heart..
No comments:
Post a Comment